Troso, MAMHTROSO.com – Hari ketiga “kemadrasahan” sebagai bentuk masa pengenalan lingkungan sekolah (PLS) di MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso masih dilaksanakan pagi ini, Senin (22/7/2019). Dan rencananya kemadrasahan ini akan berlansung selama 6 hari yaitu sampai hari Kamis (25/7/2019).
Diikuti oleh seluruh siswa dan guru baik dari unit MTs. maupun MA Matholi’ul Huda Troso, kegiatan ini berlangsung kira-kira satu jam saja. Siswa semuanya berkumpul duduk memadati halaman madrasah, untuk mendengarkan penjelasan Kepala Madrasah maupun yang mewakilinya. Materi yang disampaikan yaitu tentang nilai-nilai pancajiwa sebagai nafas pergerakan siswa baik di madrasah maupun di masyarakat kelak.
Setelah 2 hari kemarin sudah dijelaskan tentang “keikhlasan” dan “kesederhanaa”, kali ini giliran Karwadi, S.Ag. Wakil Ketua Madrasah Urusan Kesiswaan untuk menyampaikan pancajiwa yang ketiga yaitu “kemandirian”.
Kata mandiri berarti tidak tergantung dengan orang lain, bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Seperti contoh ada sebuah kegiatan perkemahan “survival” secara bahasa artinya bertahan, ini tujuan utamanya adalah untuk melatih anak-anak untuk mandiri. Berjalan dua hari dua malam atau satu hari satu malam, makan seadanya di dalam tasnya, dan tidur di tengah-tengah perjalanan.
Dari cerita tersebut maka seharusnya setiap siswa bisa mempraktikkan nilai-nilai kemandirian itu di madrasah maupun di rumah. Melatih hidup mandiri supaya siswa itu tangguh, tidak mudah menyerah, dan tidak “kemenyek”. Banyak contoh-contohnya. Pertama, ketika siswa memilih kegiatan masih ada yang hanya ikut-ikut temannya, ini bukan bentuk kemandirian. Kedua, ketika siswa mengerjakan soal ulangan masih menyontek temannya, ini bukanlah jiwa kemandirian. Ketiga, ketika siswa piket untuk membuang sampah yang seharusnya dibawa oleh satu orang saja cukup tetapi masih mengajak temannya, ini bukanlah jiwa kemandirian. Keempat, ketika siswa pergi ke WC atau ke kantor selalu berdua ditemani temannya, ini bukanlah jiwa kemandirian. Kelima, ketika waktunya sholat berjama’ah masih ada siswa yang harus diarahkan untuk menata saf, ini bukanlah jiwa kemandirian. Dan masih ada contoh-contoh yang lainnya.
“Dalam perkembangannya nanti akan kelihatan siswa yang terbiasa hidup secara mandiri dan yang tidak. Mandiri berarti ojo dadi bocah kemenyek”, tambah Drs. H. Nur Kholis Syam’un, Kepala Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Troso. (Syah)