Troso, MAMHTROSO.com – Menjelang pengumuman kelulusan, siswa kelas XII MA Matholi’ul Huda Troso mengikuti ujian praktik amalan keagamaan, kemarin (19/5/2013). Ujian ini digelar untuk mengetahui kemampuan siswa tingkat akhr dalam mengamalkan bacaan tahlilan.
Selain tahlilan, siswa juga diuji hafalan istigasah dan tasrifan. Ketiganya merupakan amalan yang cukup tenar di kalangan warga Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah.
“Ujian ini dilakukan sebelum siswa kelas XII meninggalkan madrasah setelah mereka dinyatakan lulus,” kata Ismail. Guru yang bertugas menjadi penguji itu menjelaskan, tes praktik ibadah ini dimaksudkan untuk memastikan ketiga amalan itu dapat dikuasai siswa sebelum mereka melepas statusnya sebagai siswa di MA MH Troso. “Tahlilan, istigasah, ataupun tasrifan sudah sangat familiar di kalangan umat Islam, terutama yang menganut aliran Ahlussunnah wal Jamaah. Diharapkan siswa sudah hafal dan dapat menjadi bekal mereka saat sudah berada di tengah-tengah masyarakat,” papar Ismail.
Lebih lanjut Ismail menjelaskan, ujian digelar secara serentak di empat ruang kelas yang berbeda. Setiap ruangan, kata Ismail, ada satu guru yang bertugas menjadi penguji. “Guru memanggil dua siswa maju ke depan kelas untuk diuji,” kata Ismail.
Kriteria penilaian, lanjut Ismail, didasarkan pada tingkat kelancaran siswa dalam melafalkan bacaan. “Setidaknya ada tiga penilaian utama, yaitu sangat lancar, lancar, dan kurang lancar. Ada juga beberapa catatan khusus apabila siswa tidak memenuhi tiga kriteria utama tadi,” jelas Ismail. “Misalnya, kalau siswa lancar di tahlil tapi kurang lancar di tasrif, maka kami memberi catatan bahwa siswa yang bersangkutan belum lancar di tasrif, begitu seterusnya,” lanjutnya.
Metode pengujian dilakukan tidak secara keseluruhan. Guru penguji memberi instruksi bacaan tertentu, lalu siswa diperintah melanjutkan. “Cara itu dilakukan karena waktu kita terbatas, sehingga tidak memungkinkan bagi siswa untuk membaca seluruhnya,” jelas Ismail.
Secara umum, kata Ismail, siswa dapat menguasai materi dengan baik. Pasalnya, seluruh materi yang diujikan rata-rata sudah menjadi amalan harian siswa tingkat akhir itu selama mengikuti kegiatan proses belajar-mengajar (PBM). “Sebenarnya mereka sudah mengamalkannya setiap hari. Seperti istigasah yang dilaksanakan setiap pulang sekolah, dan tasrifan yang dilaksanakan setiap selesai istirahat kedua. Untuk tahlilan, mereka tentunya sering membacanya saat di rumah atau di musholla,” papar Ismail.
Kendati demikian, beberapa siswa dinyatakan tidak lulus ujian ini. “Rata-rata mereka yang tidak lulus dikarenakan kurang lancar atau hampir tidak hafal sama sekali,” kata Ismail. “Bagi yang kuran atau belum lancar, masih ada kesempatan bagi mereka untuk melakukan ujian perbaikan,” tambahnya.
Selain hafalan tahlilan, istigasah, dan tasrifan, siswa tingkat akhir ini juga telah dites hafalan sejumlah surat populer dalam al-Quran, semisal Yasin, al-Mulk, al-Waqiah, ataupun ar-Rahman. Bedanya, pengujian dilakukan oleh guru mata pelajaran Qiraatul Quran saat PBM berlangsung.
Ujian praktik amalan keagamaan seperti ini menjadi agenda rutin di MA MH Troso. Biasanya, ujian ini menjadi tes terakhir bagi siswa kelas XII sebelum pengumuman kelulusan. (aaf)