Troso, MAMHTROSO.com – Kemadrasahan awal tahun pelajaran MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara memasuki hari kelima pagi tadi, Rabu (24/7/2019). Agus Siswanto, S.Ag. sebagai Waka. Kesiswaan Madrasah Tsanawiyah Matholi’ul Huda Troso kali ini mendapat kesempatan untuk menjelaskan pancajiwa yang kelima, yaitu Ukhuwah Islamiyah.
Sebelumnya, Drs. H. Nur Kholis Syam’un Kepala Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Troso membuka acara kemadrasahan tersebut dan menekankan beberapa poin tentang jiwa “penolong” yang pada hari sebelumnya disampaikan oleh Dra. Wafiroh.
Diilustrasikan ada orang yang kaya raya, akan tetapi masih mengeluh ketika ada orang memakai berbaju koko dan memegang map untuk meminta sumbangan, maka sejatinya orang ini jiwanya miskin. Orang yang memiliki jiwa penolong pasti tidak egois, mau berkorban, dan pasti yakin bahwa semuanya adalah dari Allah. Kam tsamanuka ? artinya “berapa hargamu”. Maksudnya adalah orang dikatakan berharga apabila dia telah banyak melakukan hal-hal yang bernilai manfaat di masyarakat, tetapi dia tidak menyombongkan apa yang telah dikerjakan.
Wallahu fi auni abdi maa daamal abdu fi auni akhihi
Artinya : Allah akan selalu perhatian kepada hambanya yang suka membantu orang lain.
Kemudiaan beliau mempersilahkan kepada Bpk. Agus Siswanto, S.Ag. untuk maju menjelaskan kepada seluruh siswa tentang “ukhuwah islamiyah”.
Ukhuwah islamiyah adalah ikatan persaudaraan yang akrab. Rasa saling mengasihi, saling membantu, saling menolong itu semua biasa terjadi karena ada rasa ukhuwah islamiah. Hubungan persaudaraan ini tidak hanya terbatas dengan hereditas atau keturunan. Akan tetapi sesuai dengan syariat islam mengatakan bahwa sesama muslim adalah bersaudara.
Dari jiwa ukhuwah islamiyah ini tentu akan dapat memunculkan nilai-nilai yang lain dalam kehidupan. Seperti contoh nilai sosial. Orang pasti dalam kehidupannya tidak lepas dari yang namanya pergaulan. Seseorang pada saat ini tidak mungkin bisa hidup seorang diri. Maka supaya seseorang itu bisa bergaul dengan baik, haruslah mengamalkan nilai-nilai ukhuwah islamiyah dari dalam dirinya. Bisa bekerja sama dengan seseorang untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan berat, itu juga merupakan dasar dari jiwa ukhuwah islamiyah. Dari jiwa ini pula seseorang harus bisa memahami karakter teman-temannya yang sangat heterogen.
Seperti contoh di MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso dalam penyusunan kelas pasti dalam setiap tahunnya berubah-ubah. Ini ada tujuannya agar siswa dapat saling mengenal satu sama lain. Banyak juga kegiatan-kegiatan seperti halnya Muhadlarah, pramuka, morning fun yang mengharuskan siswa saling berkomunikasi dengan teman yang tidak sekelas. Ini juga tujuannya supaya hubungan antar siswa tidak terbatas hanya di kelasnya masing-masing. Sampai kemudian muncullah jiwa persaudaraan yang akrab antar siswa sampai kepada hubungan yang bersifat ukhuwah islamiyah.
Tantangan pada zaman sekarang ini adalah informasi yang semakin cepat menyebar. Sehingga banyak juga informasi palsu atau sering disebut hoax. Dari berita yang salah tersebut sehingga sering terjadi perpecahan dan terbelahnya masyarakat. Di madrasah juga ada kasus semacam itu. Antar teman saling ejek-ejakan, bertengkar, memanggil dengan sebutan yang jelek, dll. Hal tersebut karena masih kurangnya siswa-siswi memahami nilai-nilai dari jiwa ukhuwah islamiyah. Karena dari jiwa ukhuwah islamiyah ini setiap siswa pasti dapat melaksanakan banyak sekali sikap-sikap positif. Seperti halnya gotong royong, saling mencintai, pandai bersosialisasi, dan yang terpenting adalah dapat menghilangkan rasa egois.
Terakhir, Drs. H. Nur Kholis Syam’un menambahkan bahwa ukhuwah islamiyah yang berarti rasa persaudaraan sesama muslim ini adalah tahap belajar dari awal. Dari itu kemudian bisa dikembangan menjadi ukhuwah watoniyah (rasa persaudaraan satu negara), sampai akhirnya di ukhuwah basyariyah atau rasa persaudaraan antar manusia. (syah)