Karimunjawa, MAMHTROSO.COM – Serombongan orang tampak sedang berkumpul di tepian dermaga pantai Kartini, Sabtu (28/04) pagi. Dari barang bawaan berupa tas yang mereka tenteng, terlihat mereka sedang berencana melancong ke suatu tempat. Dan benar saja, setelah setengah jam menunggu di dermaga, rombongan itu lantas memasuki dek kapal Bahari Express 9 yang akan menuju ke pulau Karimunjawa, Jepara.
Sebanyak 30 orang yang notabene adalah kepala madrasah yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah Aliyah (KKMA) 01 Jepara tersebut mengadakan wisata religi ke kepulauan yang berjarak sekitar 65 km di sebelah utara kabupaten Jepara tersebut. Kepala MAMH Troso yang berhalangan mengikuti kegiatan tersebut diwakili oleh Kepala TU, Mustain, S.Sos.I.
Selama empat hari, para petinggi madrasah tersebut menikmati eksotisme Karimunjawa sembari menyempatkan berziarah ke makam Sunan Nyamplungan, seorang tokoh penyebar Islam di sana.
Setelah dua jam perjalanan melayari laut Jawa, sampailah rombongan di dermaga Karimunjawa. Setibanya di sana, rombongan yang dipimpin oleh Ketua KKMA 01 Amirudin Aziz tersebut disambut oleh seorang pria yang bertinggi sedang. Dia adalah Afifudin, seorang pengelola home stay yang juga menjadi penanggung jawab perjalanan rombongan selama di pulau Karimunjawa. Dia lalu mengajak rombongan untuk menuju penginapan yang ia kelola, Griya Vina dan Liandri yang akan dijadikan tempat transit. Selama di penginapan tersebut, setiap dua orang dari rombongan akan menempati satu ruang kamar yang tersedia. Sesaat kemudian, rombongan disambut dengan sajian minuman khas pesisir, es kelapa muda dan makanan ringan sebagai makanan pembuka sebelum menikmati menu makan siang.
Untuk keakraban, rombongan menyempatkan berbincang-bincang dengan Afifudin yang tahu betul seluk beluk pulau Karimunjawa. Menurut Afifudin, kondisi Karimunjawa yang sekarang sudah berbeda dengan kondisi beberapa tahun sebelumnya. Berbagai fasilitas, ungkap Afifudin, telah tersedia di pulau itu, seperti telepon, internet, serta akses jalan yang semakin mudah. Selain itu, masyarakat Karimunjawa juga sudah mendapatkan fasilitas listrik dari pemerintah yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Meski begitu, lanjutnya, penerangan di sana masih belum leluasa seperti di daerah Jepara pada umumnya. Pasalnya, listrik baru dinyalakan pada pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB.
Seakan tidak ingin melewatkan kesempatan bermalam di Karimunjawa, beberapa orang dari rombongan menyewa kendaraan bermotor untuk berkeliling mengitari desa Karimujawa. Bagi mereka, keluar malam hari untuk menikmati keindahan alam di pesisir pantai merupakan pengalaman yang baru pertama kali mereka rasakan. Tidak heran bila mereka rela merogoh isi kantong untuk memenuhi keinginan tersebut. Apalagi, harga sewa juga tergolong sangat terjangkau.
Selain keindahan alam, nuansa religius juga memberikan kesan yang lain bagi rombongan. Secara kebetulan, perjalanan wisata mereka berbarengan dengan perhelatan berupa pengajian dan istigasah yang dihadiri oleh Bupati Jepara Ahmad Marzuki.
Hari Kedua
Setelah melepas penat semalaman di penginapan, kegiatan wisata di hari kedua dimulai. Ahad (29/04) pagi, rombongan menetapkan destinasi wisata perdananya dengan mengunjungi pulau Menjangan kecil. Di tempat itu, mereka akan dimanjakan dengan pemandangan biota bawah laut yang menakjubkan. Sehingga tidak heran, mereka terlebih dulu mengenakan alat pengaman berupa rompi pelampung lantaran mereka akan terjun ke dalam air laut sesampainya di tempat tujuan.
Satu per satu anggota rombongan memasuki kapal motor yang sudah disiapkan oleh penanggung jawab perjalanan. Setelah penuh, kapal tersebut diberangkatkan menuju lokasi. Sekitar 45 menit berselang, mereka sampai di tempat yang dituju.
Baru saja kapal berhenti, sejumlah anggota rombongan sudah tidak sabar ingin menceburkan diri ke dalam air laut. Siapa yang tidak kepincut dengan jernihnya air menjadikan terumbu karang yang ada di dalamnya terlihat cukup jelas. Apalagi, lokasi yang akan mereka jadikan tempat untuk snorkeling (selam dangkal) tersebut relatif dangkal. Masker selam dan snorkel pun dikenakan. Tidak berapa lama kemudian, byur…! Sejumlah anggota rombongan terjun ke dalam air.
Bagi yang malas berendam di air asin tersebut, mereka juga masih mempunyai aktivitas yang tidak kalah menyenangkan. Mereka tampak mencuil roti kecil-kecil lalu melemparkannya ke laut. Sesaat kemudian, sekelompok ikan menghampiri dan memangsa habis ‘rejeki nomplok’ tersebut.
Destinasi wisata selanjutnya adalah pulau Geleang. Di pulau tersebut, rombongan bersama dengan pramuwisata berpesta ikan bakar.
Tampaknya, di lokasi ini memang menjadi tempat favorit bagi para pelancong untuk pesta ikan bakar. Dengan hamparan pasir putih yang membentang sepanjang garis pantai, menjadikan kegiatan bakar ikan semakin menyenangkan. Hal itu terbukti dari banyaknya wisatawan yang berdatangan ke tempat ini. Bahkan sejumlah wisatawan asing juga rela berbaur dengan wisatawan domestik untuk menikmati sensasi menyantap ikan bakar di tepi pantai pasir putih.
Menunggu ikan matang, rombongan menyempatkan diri berjalan menyusuri pantai. Alih-alih menikmati pemandangan asri pantai pasir putih, ada pemandangan unik yang cukup mengusik rasa ingin tahu bagi yang menyaksikannya. Seorang wanita paruh baya ditemani seorang anak berdiri tidak jauh dari lokasi rombongan berada. Karena penasaran, salah satu anggota rombongan mendekati wanita tersebut. Dari tanya jawab antara kedua orang tersebut, terkuak bahwa wanita tersebut sedang menjalani ritual tetirah, sebuah ritual untuk menghindari keramaian untuk maksud tertentu. Wanita yang mengaku berasal dari desa Petekeyan, Tahunan, Jepara tersebut menjelaskan bahwa dia rela melakukan tetirah demi ketiga anak tirinya yang sedang mengalami gangguan jiwa. Apabila dia masih tinggal di kampung asalnya, maka anak-anaknya akan mengganggu warga lain.
Memasuki tengah hari, rombongan melanjutkan perjalanan wisatanya menuju Ujung Gelam. Dalam perjalanan ke Ujung Gelam, kapal motor yang mengangkut rombongan dihentikan di suatu tempat yang sering disebut dengan pulau gosong. Dinamakan pulau gosong lantaran pulau ini tenggelam dan tidak kelihatan, hanya terdiri dari batu karang dan pasir. Di tempat itu, rombongan meneruskan snorkeling yang kedua. Tiga puluh menit kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju lokasi utama untuk menikmati pemandangan pasir putih.
Perjalanan di hari kedua diakhiri dengan kunjungan ke sebuah penangkaran ikan hiu di Menjangan Besar. Ada puluhan ekor ikan hiu yang hidup di tempat tersebut dengan berbagai ukuran. Bagi anggota rombongan yang mempunyai nyali diperbolehkan untuk memasuki kolam yang berisi predator laut tersebut.
Hari ketiga
Geliat wisata rombongan KKMA 01 Jepara masih berlanjut di hari ketiga (30/04). Agenda pertama adalah berziarah ke makam Sunan Nyamplungan yang terletak di desa Nyamplungan. Lokasinya berada tidak terlalu jauh dari penginapan. Setelah menempuh perjalanan 45 menit, rombongan akhirnya sampai di lokasi makam.
Selain makam, ada pula tempat yang konon memiliki nilai magis. Tempat itu berupa sebuah sumber air yang sering disebut oleh masyarakat sekitar makam dengan sumber air musala. Masyarakat setempat banyak yang mempercayai akan awet muda apabila mereka membasuh muka atau meminum air tersebut.
Menjelang akhir rangkaian wisata religi di Karimunjawa, rombongan menyempatkan mengunjungi MTs-MA Safinatul Huda. Hal unik yang disaksikan oleh rombongan adalah arsitektur gedung kantor yang didesain menyerupai rumah adat gaya Bugis. Bentuk bangunan tersebut tentu tidak terlalu berlebihan. Meskipun berada di wilayah Jawa Tengah yang notabene adalah bersuku Jawa, namun banyak pula penduduk Karimunjawa yang berdarah Bugis.
Setelah dari MTs-MA Safinatul Huda, rombongan kemudian melajutkan perjalanan mengunjungi bandara Dewadaru yang merupakan satu-satunya bandara di kabupaten Jepara.
Cuaca Buruk, Pulang tertunda
Rombongan wisata religi KKMA 01 Jepara sebenarnya dijadwalkan hanya tiga hari di Karimunjawa, namun cuaca buruk memaksa ABK kapal Bahari Express 9 menunda perjalanan pulang.
Sekitar pukul 11.00 WIB, rombongan sampai di home stay setelah mengunjungi bandara Dewadaru. Hingga pukul 13.00 WIB, rombongan sudah bersiap di dermaga Karimunjawa. Kapal pengangkut pun sudah tiba. Meski begitu, cuaca tampak tidak bersahabat. Hal itu terlihat dari hujan yang turun disertai dengan tiupan angin yang cukup kencang. Hingga akhirnya, ABK membatalkan rencana perjalanan pulang dan mengundurnya hingga hari berikutnya. Beruntung, cuaca sudah membaik pada Selasa (01/05) pagi. Rombongan melanjutkan perjalanan menuju dermaga pantai Kartini dan tiba di lokasi sekitar pukul 07.40 WIB. (aaf)