Beberapa hari terakhir sebelum pelaksanaan kegiatan kepramukaan di MA Matholi’ul Huda Troso kemarin, (4/2/2011), hujan nampaknya tak kunjung reda sehingga menambah sulit panitia kegiatan dalam menentukan lokasi kegiatan, khususnya kegiatan outbond di luar lingkungan madrasah, seperti menentukan tempat tes ketangkasan, halang rintang, dan beberapa medan yang digunakan dalam kegiatan outbond. Beruntung, curah hujan akhirnya sedikit berkurang, sehingga panitia langsung menuju tempat yang sudah direncanakan sebelumnya untuk melakukan survey lapangan. Semakin sumringah wajah panitia tatkala pada saat kegiatan cuaca semakin bersahabat.
Kegiatan dilaksanakan secara serempak dari semua tingkatan, mulai kelas 10 hingga kelas 12 yang terbagi menjadi beberapa sangga atau kelompok-kelompok kecil dalam kepramukaan tingkat penegak. Masing-masing sangga dipandu oleh seorang bina damping (bindamping). Tugasnya adalah memberikan arahan serta panduan kepada anak buahnya agar selama kegiatan selalu mengikuti prosedur dan aturan yang telah dijadwalkan. Seluruh bindamping dipilih dari masing-masing kelas yang memiliki pengetahuan lebih tentang kepramukaan, atau setidaknya yang pernah mengikuti kegiatan kepramukaan sebelumnya.
Begitu serunya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga memantik antusiasme masyarakat di sekitar lingkungan madrasah atau di sekitar lokasi outbond untuk menyempatkan diri menyaksikan kegiatan berlangsung. Sebut saja pada saat tes kemampuan baris-berbaris yang diperuntukkan bagi kelas XI.
Tidak semua siswa memiliki dasar baris-berbaris yang cukup, sehingga yang terjadi malah kelucuan-kelucuan yang akhirnya memancing tawa masyarakat yang kebetulan menyaksikan itu. Namun berkat kesabaran dari masing-masing bindamping dalam membimbing anak buahnya, lambat laun para siswa pun sedikit mampu menguasai teknik baris-berbaris yang benar. Hampir sejam berlalu mereka menghabiskan waktu untuk berlatih teknik berbaris yang sesuai dengan aturan.
Tidak jauh beda dengan kelas XI, siswa kelas XII pun demikian. Suasana riang menyelimuti persiapan pemberangkatan sangga menuju lokasi outbond yang berjarak sekitar 300 m dari madrasah. Mereka diarahkan oleh masing-masing bindamping agar mengganti seragam pramuka yang mereka kenakan dengan pakaian olahraga. Usai seluruh peserta kelas XII mengganti pakaiannya, seluruh sangga diberangkatkan menuju lokasi.
Sebuah rintangan pertama yang mereka hadapi sebelum mencoba rintangan-rintangan yang lainnya adalah ayunan. Di rintangan ini, masing-masing siswa harus melompati kubangan lumpur dengan media tali tambang. Baik yang berhasil maupun yang gagal melompati kubangan lumpur, mereka tetap saja dapat menghadapi rintangan selanjutnya.
Dalam outbond tersebut, panitia menyiapkan empat rintangan, yaitu ayunan, naik turun tangga, frusicking, dan flying fox. Khusus dua rintangan terakhir, panitia meminta bantuan tim ahli dalam menyiapkan peralatan dan pemasangan perlengkapan keamanan. Banyak dari peserta, khususnya perempuan masih ketakutan untuk mencoba rintangan tersebut, namun setelah mereka sampai di bawah, ketakutan itu sirna dan ada keinginan lagi untuk mencobanya. Namun karena keterbatasan waktu, mereka tidak diperkenankan untuk mencobanya lagi. Seusai semuanya rampung melalui pos rintangan, seluruh peserta mengganti pakaiannya dengan seragam pramuka dan melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya.
Jika siswa kelas XI dan XII banyak melaksanakan kegiatannya di luar ruangan, maka untuk kelas X mereka malah menghabiskan hampir setengah hari di dalam ruangan untuk mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan dan Manajemen (LDKM). Ada dua sesi pembicaraan yang mereka ikuti. Sesi yang pertama disampaikan oleh anggota Andalan Kwarcab Jepara, Dedi Irawan yang menyampaikan materi seputar pengetahuan ambalan. Dan pada sesi kedua, seorang Ketua Dewan Kerja Cabang (DKC) Jepara, Muhammad Mustaqim, menyampaikan materi tentang manajemen dalam memimpin.
Di akhir acara, seluruh peserta diajak mengikuti dinamika kelompok. Dalam permainan tersebut, seluruh peserta membentuk sebuah lingkaran besar. Dipandu oleh pemateri kedua, mereka diajarkan cara bekerjasama dalam sebuah tim. Permainan ini dapat menjadi penyegar suasana setelah lebih dari 3 jam mereka duduk bersila berdiam diri di ruang pertemuan sambil mendengarkan materi yang disampaikan.
Upacara penutupan dilaksanakan setelah seluruh kegiatan inti selesai. Dan diakhiri dengan penyerahan bingkisan kepada sangga yang berprestasi. (mamhtroso.com)