MAMHTROSO.COM, TROSO – Mulai bulan Oktober ini, MA Matholi’ul Huda Troso membuka program kajian kutub at-turats alias kitab kuning. Program itu diperuntukkan bagi para siswa yang berminat mendalami ilmu-ilmu agama Islam dari sejumlah kitab-kitab klasik karangan para ulama salaf abad pertengahan.
Kelas kajian kitab kuning dimulai perdana pada Ahad (12/10/2014) kemarin, dan diikuti oleh sebanyak 47 peserta dari kelas X hingga kelas XII.
Kepala MA MH Troso Drs. H. Nur Kholis Syam’un mengungkapkan, program ngaji kitab itu sejatinya merupakan jenjang pendidikan setingkat Madrasah Diniyah (Madin) tingkat Ulya dan bersifat mengikat bagi siswa yang mengikutinya. “Setiap siswa yang ikut harus selalu hadir setiap pertemuan. Dan misalnya tidak berangkat baik karena sakit atau alasan lain, maka harus melayangkan surat izin dan diantar langsung oleh orang tua siswa yang bersangkutan,” kata beliau.
Kepala Madrasah menjelaskan, program kajian kitab kuning dimunculkan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan para siswa dalam mempelajari kitab-kitab kuning sebagai sumber kajian agama Islam.
Kepala Madrasah mengungkapkan, peserta kelas kajian kitab kuning itu seluruhnya adalah siswa MA MH Troso. Sebagian besar adalah para siswa yang berstatus alumni dari Madin Wustho (setingkat MTs) di lingkungan YPI Matholi’ul Huda Troso dan tidak melanjutkan ke jenjang Madin Ulya di lembaga lain. Sementara itu, ada juga beberapa peserta yang sebelumnya belum pernah mengenyam pendidikan Wustho namun pernah belajar kitab kuning dari pondok pesantren saat masih di jenjang MTs.
Beliau menjelaskan, program kajian kitab kuning diselenggarakan empat kali dalam seminggu. Kitab yang dikaji meliputi bidang fiqih, akidah, hadits, nahwu dan bahasa Arab. Pertemuan tersebut diadakan setiap Ahad siang setelah kegiatan belajar-mengajar sekolah pagi, dengan materi kajian kitab Fatkhul Qorib yang diampu Noor Ubaidillah,S.Pd.I, Senin Mukhtaarul Ahadits An-Nabawiyah diampu Ismail Al-Qari, Selasa An-Nasaih Ad-Diniyyah Wa Al-Washaya Al-Imaniyyah, dan Rabu Al Jurumiyyah wa Al Lughah Al Arabiyah yang diampu oleh dirinya.
Seluruh kitab yang dikaji, ungkap Kepala Madrasah, diasuh oleh tiga orang guru pembimbing dari MA MH Troso yang berlatar belakang pendidikan pondok pesantren, mulai dari alumnus Ponpes Lirboyo Kediri, Ponpes Tegalrejo Magelang, hingga lulusan Pondok Modern Gontor Ponorogo.
Kepala Madrasah memaparkan, program tersebut rencananya akan berlangsung selama tiga tahun. Setiap tahunnya, siswa akan mengikuti Imtihan Rubu’u As-Sanah atau Ujian Catur Wulan dengan empat kompetensi yang diujikan, meliputi dapat membaca dengan benar, mengetahui i’rab atau kedudukan kata dalam kalimat, mampu mengetahui makna kalimat, serta dapat mensyarah atau menerangkan makna dalam kalimat yang bersangkutan.
Kepala Madrasah menjelaskan, siswa nantinya akan mendapatkan As-Syahadah alias ijazah setelah berhasil menamatkan program pendidikan ini. Setelah itu, imbuhnya, pihaknya akan melakukan perekrutan peserta baru setiap tahunnya.
Diungkapkannya, program kajian kitab kuning yang digulirkan MA MH Troso sejatinya banyak peminatnya. Namun lantaran terkendala jumlah tenaga pendidik, jumlah peserta pada program periode ini dibatasi hanya 47 orang saja, setelah melalui seleksi ketat yang diadakan pihak madrasah. Meski begitu, jumlah tersebut sudah tergolong sangat banyak untuk setingkat Madin Ulya yang ada di Kabupaten Jepara. Sebab menurutnya, rata-rata Madin Ulya di Jepara hanya diisi oleh kurang dari 20 peserta saja.
Ke depannya, pihaknya akan berupaya melakukan penambahan jumlah peserta dan juga tenaga pendidiknya. Hal ini bertujan agar lebih banyak peserta yang dapat tertampung dalam program kajian kitab kuning ini. (Agus Ahmad Fadloli)