Troso, MAMHTROSO.com – Kerinduan orang tua kepada anaknya bisa muncul kapan saja. Terlebih, jika sang anak berada jauh dari orang tua, ditambah lagi dalam waktu yang cukup lama. Orang tua yang sudah terlanjur kangen, rela merogoh kocek hanya untuk sekedar berjumpa dengan sang buah hatinya.
Seperti yang dilakukan oleh Luigi Cardi. Pria berdarah Italia itu menyempatkan waktu untuk bersua dengan anaknya, Lorenzo Cardi, yang menjadi relawan di MA Matholi’ul Huda Troso sejak Oktober tahun lalu. Luigi tidak peduli harus menempuh perjalanan Italia-Indonesia hanya demi mengetahui keadaan anaknya secara langsung. Rasa rindu pada sang buah hati menjadi alasan utama bagi Luigi untuk mampir pelesir ke Indonesia.
Kedatangannya ke Indonesia tidak sendiri. Gino–panggilan Luigi–ditemani Joseph ‘Pino’ yang menjadi ‘bapak baptis’ Lorenzo tatkala masih belia.
Dua pria gaek itu menghabiskan waktu hampir 2 hari perjalanan di pesawat terbang, sebelum akhirnya mereka sampai di house project yang ditempati Lorenzo, Troso, Sabtu (14/04/2013) pagi lalu. Sesampainya di halaman kampus MAMH Troso, mereka langsung diajak oleh Kepala MAMH Troso untuk melihat suasana Proses Belajar-Mengajar (PBM) di madrasah tempat anaknya bertugas itu. Sesekali, Gino membidikkan kameranya ke sejumlah sudut madrasah yang dianggapnya menarik.
Saat pertama kali menjejakkan kakinya di kampus madrasah, Gino yang berprofesi sebagai dokter jantung di sebuah rumah sakit di Italia itu terlihat begitu kalem. Tidak banyak kata yang terucap dari pria berperawakan gempal itu. Maklum saja, selain kurang fasih berbahasa Inggris, belakangan diketahui kalau ia memang bertipe pendiam. Berbeda dengan Pino yang terlihat begitu gayeng dengan lawan bicaranya. Pria yang pernah bekerja sebagai ahli kimia itu mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan lancar, sehingga tidak menyulitkan baginya untuk berbagi cerita.
Cerita Banyak Hal
Memasuki tengah hari, MAMHTROSO.com menyempatkan bertemu dengan tamu dari mancanegara itu. Saat ditemui di house project, Gino, Pino, dan Lorenzo nampak sedang bersantai di teras rumah. Mereka terlihat sedang berbincang-bincang ringan.
Saat MAMHTROSO.com mendekat, tahulah bahwa mereka sedang membahas tentang buah kedondong. “Tadi saya mengambilkan buah ini (kedondong-red) untuk mereka,” ungkap Lorenzo. “Kalau di Itali, tidak ada buah seperti ini, rasanya sangat asam,” timpal Pino.
Obrolan tambah melebar setelah sang paman Lorenzo itu membahas kamar mandi yang ia lihat di depannya. “Kamar mandi di luar seperti ini mengingatkan masa kecil saya. Dulu, waktu era 40-an, banyak rumah yang memiliki kamar mandi di luar seperti di sini,” kata Pino.
Selama obrolan berlangsung, ayah Lorenzo menyuguhkan sekaleng besar berisi asinan buah zaitun. Saat MAMHTROSO.com mencoba, rasanya begitu menyiksa lidah lantaran sangat asin. Namun rasa asin yang sangat kuat untuk ukuran lidah Indonesia itu ternyata tidak berlaku bagi lidah orang Eropa. Dengan lahapnya, Lorenso melahap beberapa biji buah zaitun. “Mmmmmm. Saya rindu dengan rasa (buah) ini,” kata Lorenzo kegirangan seraya mengulum buah khas mediterania itu. “Sebenarnya buah ini akan lebih lezat apabila dinikmati dengan salad, dan terkadang ada yang berasa agak manis,” tambahnya.
Ingin Pelesir ke Karimunjawa
Meski tujuan awalnya hanya ingin menjenguk sang anak, Luigi dan Joseph akhirnya kepincut juga dengan pesona objek wisata Indonesia. Setelah menghabiskan 2 hari untuk beristirahat di house project, mereka berencana pelesir ke sejumlah tempat wisata. “Ya, rasanya sayang kalau ke Indonesia tanpa mengunjungi objek wisata. Setelah istirahat 2-3 hari, kami rencananya akan berwisata hingga 2 minggu ke depan,” kata Luigi dengan bahasa campuran Inggris-Italia. “Saya menyerahkan pilihan (tempat wisata) sesuai keinginan Lorenzo,” tambahnya.
“Nanti saya dan keluarga ingin mengunjungi Karimunjawa untuk snorkeling atau diving di sana. Selain itu juga ke Jawa Timur, tepatnya ke gunung Bromo. Kalau waktunya masih memungkinkan, kami akan mengunjungi objek yang lain,” timpal Lorenzo. (aaf)