Troso, MAMHTROSO.com – Tepat pada tanggal 22 Oktober MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso ikut memperingati Hari Santri Nasional pagi ini, Ahad (22/10/2017). Setelah mengadakan upacara pengibaran bendera, seluruh siswa bersama-sama menyaksikan 2 penampilan drama dari perwakilan siswa-siswi MA Matholi’ul Huda Troso yang dilaksanakan di lapangan utama.
Lihat galeri kegiatannya – klik disini
Upacara pengibaran bendera dalam rangka memperingati Hari Santri Tahun 2017 ditugaskan kepada siswa-siswi Kelas XI MA Matholi’ul Huda Troso. Pada Upacara kali ini seluruh peserta dan petugas upacara termasuk korsik (Korps musik) mengenakan sarung dan memakai sandal. Selain itu juga ada petugas tambahan untuk membacakan ikrar santri yang di tugaskan kepada Lisa Ariana Herawati (XII IPA-3).
Drs. H. Nur Kholis Syam’un, Kepala Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Troso langsung bertindak sebagai Pembina Upacara. Dalam amanatnya beliau menyampaikan sejarah gerakan Resolusi Jihad yang difatwakan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Selanjutnya beliau menegaskan bahwa musuh yang dihadapi pada masa lalu sudah jelas yaitu para penjajah dari bangsa asing. Namun generasi-generasi sekarang musuh yang dihadapinya begitu banyak.
“Apa yang kita berikan untuk bangsa ini ? musuh kita sekarang ini sangat banyak. Pertama, teknologi menjadi penjajah bagi anak-anak sekarang ini. Hp bisa menjadi mengirim kabar berita dengan teknologi canggih, akan tetapi juga bisa menjerumuskan anak muda jika disalah-gunakan”, ungkapnya.
“Yang bisa membentengi diri kita adalah kesadaran yang tinggi, jika kita tidak sadar maka akan mengalami kehancuran sebelum berkembang, your dignity is own your conduct”, pungkasnya.
Usai upacara pengibaran bendera, Harirotus Su’adah (XII IPA-1) dkk. menampilkan drama yang berjudul “Santri Ngaji”. Dalam ceritanya Harir sebagai Bu Nyai yang sedang memberikan pengajian kitab kuning dengan metode “makno gandol”. Dia menjelaskan bahwa inti dari materi yang disampaikan adalah siapa saja yang semakin tawaduk akan disenangi oleh Allah dan selanjutnya akan disenangi oleh teman-temannya. Sebaliknya siapa saja yang sombong akan dibenci oleh Allah dan juga akan dibenci oleh teman-temannya.
Setelah itu juga ada penampilan dari salah satu satrinya yang diperankan oleh Ayin Puji Rahayu (XII IPA-2) yaitu menyampaikan kata-kata Mutiara dalam Bahasa inggris. Dan akhirnya ditutup percakapan 2 orang santri antara Eva Elviana Nofita Sari (X MIA-2) dan Fitri (IX) dengan 4 anekdot yang berjudul Nabi Ismail atau Nabi Ishak, Haji Sok Tau, Sesal Gusdur kepada Anak TK, dan 3 tanda-tanda wanita.
Tampilan yang kedua, sendratari dari perwakilan siswa-siswi Kelas XII dengan judul “Resolusi Jihad”. Menceritakan asal mula hukum jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari. Penampilan ini dibuka dengan seni tari oleh 8 siswa dengan gerakan yang gelumai dengan iringan musik islami. Dilanjutkan para pembawa bendera merah putih. Kemudian masuklah drama antara penduduk lokal Indonesia melawan penjajah belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Adegan tegang diselingi gaya bicara lucu sampai melempar sandal membuat menarik drama ini. Karena jumlah penjajah belanda lebih sedikit bangsa Indonesia berhasil melawan dan merampas senjatanya.
Kemudian munculah rombongan KH. Hasyim Asy’ari yang diperankan oleh Ahmad Jodiy Renata beserta rombongan wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura. Beliau melaksanakan pertemuan untuk membahas hukum jihad mempertahankan kemerdekaan. Dipimpin langsung oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh KH M. Hasyim Asy’ari, dideklarasikanlah perang kemerdekaan sebagai perang suci alias jihad yang hukumnya fardu ‘ain.
Sendratari yang dipersiapkan hanya dalam satu minggu ini oleh siswa-siswi Kelas XII, ternyata membuat seluruh siswa terkagum-kagum dan gemetar melihat perjuangan para pendahulu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Drama ini dapat menjadi salah satu cerita inspiratif untuk memupuk rasa cinta kepada tanah air (hubbul wathan) bagi siswa-siswi.
Untuk memperingati Hari Santri kali ini MA Matholi’ul Huda Troso melanjutkannya dengan lomba memasak antar kelas kategori putra dan putri. Dan lomba literasi yang ditugaskan di rumah dalam proses pembuatannya. (Syah)