MAMHTROSO.COM – Pekan Kemadrasahan atau Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso Tahun Pelajaran 2016-2017 pagi ini memasuki sesi ke-3, Kamis (21/7/2016). PLS yang diadakan oleh MA-MTs. Matholi’ul Huda ini yaitu dengan mengadakan ceramah kemadrasah setiap paginya sebelum dimulai proses belajar mengajar (PBM) di dalam kelas.
Kegiatan yang dulu disebut Masa Orientasi Siswa (MOS) sekarang berubah menjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) untuk menghindari praktik-praktik perpeloncoan terhadap siswa baru. Sebenarnya kegiatan PLS dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang edukatif sudah dilakukan oleh MA – MTs. Matholi’ul Huda Troso sejak dulu.
PLS sesi ke-3 ini sebetulnya dijadwalkan pada Rabu kemarin (20/7/2016). Namun karena keadaan gerimis yang tak kunjung henti, sehingga siswa yang sudah berkumpul di halaman madrasah terpaksa dibubarkan pada awal-awal acara kemadrasahan.
Firda Aricha Silvi (XII IPA-2) bertindak sebagai pembawa acara di PLS sesi ke-3 pagi ini. Sementara itu Kepala MTs. Matholi’ul Huda Troso, Noor Ubaidillah, S.Pd.I. untuk kali kedua memberikan ceramah kemadrasahan yang pada sesi ini menyampaikan tentang “panca jiwa” sebagai pedoman perilaku siswa-siswi Matholi’ul Huda Troso.
Panca jiwa yang berarti lima jiwa, merupakan dasar perilaku dan harus dimiliki oleh siswa MA – MTs. Matholi’ul Huda Troso supaya menjadi siswa-siswi sebagaimana yang dicita-citakan madrasah. Panca jiwa tersebut adalah “keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, penolong, dan ukhuwah islamiah”. Noor Ubaidillah menjelaskan satu persatu dari makna panca jiwa tersebut. Selain itu beliau juga memberikan contoh-contoh kongkrit supaya siswa mampu menerapkannya langsung di lingkungan madrasah ataupun di masyarakat.
“Yang pertama, Keikhlasan. Yaitu keikhlasan untuk dididik. Di Madrasah kita ini kalian akan mendapatkan pendidikan bukan hanya pengajaran”, tangkas Noor Ubaidillah pada ceramah kemadrasahan PLS sesi ke-3 pagi tadi.
Di MA – MTs. Matholi’ul Huda Troso siswa dibiasakan untuk diberikan tanggung jawab. Pendidikan yang berarti luas tidak hanya mengandalkan pengajaran di dalam kelas. Akan tetapi banyaknya agenda-agenda dari madrasah yang sudah dirancang dengan apik tidak lain tujuan utamanya adalah mendidik siwa-siswinya supaya terbiasa menghadapi berbagai macam perasalahan. Agenda rutin setiap semester Variety Show, Class Meeting, Lomba Keterampilan Penegak, sampai Panggung Gembira di akhir tahun pelajaran semuanya adalah dalam rangka pendidikan. Dan dasar dari pendidikan ini adalah keikhlasan.
“Yang kedua adalah kesederhanaan. Dengan membiasakan diri dengan sikap sederhana maka akan menumbuhkan sikap tangguh, orak gampang putus asa. Dan kesederhanaan ini hanya bisa tumbuh dari keikhlasan yang tinggi”, ungkapnya.
Sederhana yang dimaksud di sini bukan bearti kemproh atau jorok. Siswa dianjurkan berpakaian rapi, menyetrika bajunya, tetapi tidak berlebihan. Maka tidak diperbolehkan memakai acsesoris yang tidak wajar. Potongan rambut yang sederhana, berkendara dengan sederhana, dan banyak contohnya.
Panca Jiwa ketiga, adalah Kemandirian. Noor Ubaidillah menegaskan bahwa belajar adalah kebutuhan setiap pribadi sendiri. Maka ketika siswa sudah tertanam sikap mandiri orak dikon wes sinau dewe, tidak usah disuruh belajar sudah belajar dengan mandiri. Siswa yang mandiri biasanya ketika mendapat tugas dari gurunya kalau tidak bisa tidak langsung menyerah, dia akan mencari cara bagaimana bisa mengerjakan tugas tersebut. Itulah letak dari nilai pendidikannya.
Keempat jiwa Penolong, sebagaimana dalam Al qur’an disebutkan ta’aawanu alal birri wat taqwa, wala ta’aawanu alal ismi wal udwan. Tolong menolonglah dalam hal kebaikan, dan jangan tolong menolong dalam hal keburukan. Dijelaskan bahwa sikap penolong siswa ini yaitu jika melihat temannya dalam kesusahan atau sedang mengerjakan sesuatu maka harus bersama-sama ditolong bukan malah apatis. Selain itu juga madrasah perlu ditolong, yaitu dengan cara menjadi siswa-siswi yang berbudi luhur bahkan sampai menjadi siswa yang berprestasi.
Terakhir adalah Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan antar sesama muslim atau sesama siswa. Jika tumbuh rasa persaudaraan tersebut maka di madrasah akan terasa damai, aman, dan indah. Tidak ada rasa saling benci atau pertikaian karena sudah dianggap saudara. Maka siswa di MA – MTs. Matholi’ul Huda Troso jangan sampai ada siswa yang bertengkar. Karena semua diantara siswa tali ikatan saudara.
Siswa-siswi MA – MTs. Matholi’ul Huda Troso akan terus dibimbing oleh seluruh dewan guru untuk menerapkan panca jiwa (keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, penolong, dan ukhuwah islamiah) untuk mencapai visi misi madrasah yang “luhur dalam budi dan tinggi dalam prestasi” dengan motto “maju untuk berkhidmat”.
(Syah)