Troso – Siswa Kelas XII MA Matholi’ul Huda Troso, Senin (23/05/2011), pantas bergembira, pasalnya mereka telah sukses menghelat acara akbar yang bertajuk perpisahan dan pentas seni. Sekitar lima ratus penonton baik dari adik-adik mereka kelas IX, X, maupun XI, serta para dewan guru dibuat berdecak kagum atas penampilan para siswa kelas akhir itu. Selain tata panggung yang cukup megah, berbagai atraksi pentas seni di tampilkan dalam acara berdurasi lebih dari tiga jam tersebut.
Diawali dengan penampilan paduan suara oleh sekitar 30 siswa putri yang menyanyikan lagu serta pembacaan puisi. Dengan penuh kekompakan, mereka berhasil menanyikan tiga buah lagu. Pada lagu yang terakhir, beberapa siswa dari tim paduan suara membacakan puisi tentang guru yang mendayu-dayu. Seusai paduan suara, para penonton diajak menikmati sajian musik band. Untuk pertama kalinya, Amrul Hakim dkk menunjukkan kebolehan mereka bermain musik di hadapan para penonton dengan menggunakan alat musik band yang baru saja dimiliki oleh madrasah pertengahan bulan Februari lalu. Tepuk tangan penonton pun membahana beberapa saat setelah para pemain menyudahi permainannya.
Tidak hanya sampai di situ. Para penonton dibuat tertawa terpingkal-pingkal atas ulah Dian Novita F. dkk dalam pentas komedi situasi berdurai sekitar 20 menit. Cerita yang dibawakan oleh Dian yang berperan sebagai narator cerita tersebut bertemakan kejadian-kejadian lucu setiap hari, seperti pertengkaran dalam rumah tangga, serta kekonyolan kegiatan belajar mengajar di kelas. Di antara kedua cerita tersebut, disisipi juga parodi iklan yang tentunya cukup membuat susah penonton berhenti menahan tawa.
Pentas selanjutnya menampilkan permainan lincah dari para siswa dalam menabuh rebana. Boleh dikatakan, kemampuan mereka dalam memainkan alat tersebut cukup diacungi jempol, sehingga tidak heran penonton mampu dibuat tercengang atas penampilan ini.
Siswa kelas XII tahun ini juga membuat terobosan baru dengan menampilkan modern dance yang dimainkan oleh 5 siswa putra, tidak seperti pada pentas sebelumnya yang hanya penampilkan dance dari kelompok saja. Kekompakan kelima penari nampak begitu indah dengan dipadukan dengan iringan musik dari beberapa lagu yang sedang tenar di kalangan anak muda sekarang. Motor dari pentas dance ini adalah Ahmad Faiz, yang dengan lincahnya menirukan gaya Michael Jackson dengan menari moon walk.
Sajian musik band menjadi selingan seusai pementasan modern dance kelompok putra usai. Kali ini, Witty Permanent menyumbangkan dua buah lagu yang diinspirasi dari grup band Garasi.
Kreatifitias siswa kelas akhir tersebut seolah dituangkan dengan totalitas penuh pada acara pentas ini. Terbukti dari rangkaian pementasan demi pementasan yang telah usai dipertunjukkan, tanpa terkecuali dengan pementasan teaterikal puisi. Bambang Hariyanto yang juga sebagai ketua panitia acara akbar ini membacakan puisi dengan penuh penjiwaan. Bambang menyoroti nasib bangsa Indonesia yang dituangkan dalam kata-kata indah dan balutan teater dari rekan-rekannya. Penampilan Bambang dkk bahkan mendapat apresiasi tersendiri dari guru bahasa Indonesia dan sastra, Bapak Karwadi, S. Ag. Beliau bahkan mengaku terheran-heran atas penampilan teaterikal puisi tersebut.
Seusai sajian teaterikal puisi yang mengharu biru, dilanjutkan dengan penampilan 5 dancer putri yang menampilan modern dance. Mereka menamakan tim dance ini dengan Tatu yang merupakan kependekan dari Tangi Turu. Sesuai dengan namanya, para dancer mengenakan baju tidur baby doll. Dari seluruh penampilan, boleh dikatakan, para dancer inilah yang mengenakan kostum yang paling unik. Ternyata strategi yang mereka terapkan dengan mengenakan kostum yang unik untuk menarik perhatian para penonton berhasil. Ratusan pasang mata penonton menyaksikan kelincahan para gadis penari tersebut dalam balutan musik techno.
Drama kabaret menjadi pentas selanjutnya pada acara perpisahan siswa kelas XII. Drama berdurasi hampir 30 menit tersebut seolah menghipnotis seluruh penonton dengan adegan-adegan yang penuh banyolan. Sehingga selama pertunjukkan, hampir tidak ada waktu yang kosong dari gemuruh tepuk tangan dan gelak tawa yang menyaksikan drama tersebut. Drama berkisah tiga siswa yang diperankan oleh Syaifur Rohman, Ahmad Fahmi, dan Muhammad Nashir Sidiq yang bertemu di sebuah pondok pesantren dan mulai bertualang dengan menjadi volunteer pada peristiwa letusan gunung merapi, tentu saja dengan aksi-aksi yang begitu kocak.
Acara perpisahan yang dipandu oleh host Rista Ristiani dan Saidah dipungkasi dengan penampilan band sekolah. Mereka membawakan dua buah lagu perpisahan, dan sebuah lagu aransemen mereka sendiri.
Pentas termegah
Perpisahan tahun ini merupakan pentas yang termegah dari acara perpisahan yang pernah digelar pada tahun-tahun sebelumnya. Selain tata panggung yang sangat artistik, pentas juga dipersiapkan dengan sangat matang. Baik dari tata panggung dan isi pentas, merupakan hasil kretifitas siswa kelas XII.
Pada saat pembukaan acara perpisahan tersebut, Kepala Madrasah, Drs. H. Nur Kholis Syam’un menyampaikan bahwa melalui pentas seni ini, dapat menjadi ajang berkreasi bagi siswa kelas XII untuk menunjukkan karya-karya mereka kepada adik-adik kelas dan para dewan guru. Mereka, seperti yang diungkapkan beliau, bebas berekspresi melalui karya-karya seni. Hal itu dimaksudkan agar mereka mempunyai kenangan yang mendalam ketika mereka telah meninggalkan madrasah secara jismiyah, namun mereka diharapkan tetap memiliki hubungan dengan madrasah baik secara jismiyah maupun secara batiniyah setelah mereka tidak lagi di madrasah. (aafadloli)