Troso, MAMHTROSO.com – Bagi para pengguna jejaring media sosial seperti Twitter, Facebook, Google+ dan sejenisnya tentu tak asing dengan istilah hashtag atau tagar alias tanda pagar (#). Tanda ini kerap dipakai untuk menandai kata kunci atau topik yang sedang popular dibicarakan di dunia maya.
Pemakaian tanda ini tak jarang mendongkrak popularitas suatu kata atau kalimat yang sebelumnya bahkan tak pernah diperhitungkan kemunculannya. Sebut saja tagar #Woles, #CiyusMiapah, #Masbuloh, #Nyeseg, dan sebagainya yang sempat naik daun beberapa waktu lalu. Ada lagi tagar yang akhir-akhir ini mendadak tenar dan kerap berseliweran di jejaring sosial, yakni #AkuRaPopo dan #DipikirKaroMlaku.
Entah siapa yang menjadi pencetus pemakaian kedua ungkapan berbahasa Jawa ini. Namun yang jelas, setiap tulisan status yang berisi kesedihan, kegalauan hati, kekecewaan, atau ungkapan perasaan sendu lain biasanya akan dipungkasi dengan salah satu tagar tadi.
Tagar #AkuRapopo yang dicomot dari bahasa Jawa ‘aku ora opo-opo’ itu serupa dengan ungkapan ‘I am fine’ atau ‘I am OK’ yang berarti ‘aku baik-baik saja’. Biasanya digunakan untuk menggambarkan reaksi seseorang ketika ia mencoba tetap tegar walaupun sejatinya ia menghadapi kenyataan hidup yang cukup pahit.
Meski demikian, tak selamanya tagar #AkuRapopo selalu dipakai di saat-saat galau saja. Berdasarkan amatan MAMHTROSO.com, beberapa user di media sosial menggunakan tagar itu untuk keperluan iseng belaka. Namun di sini lah kelucuan muncul. Pasalnya, mereka menyisipkan ilustrasi unik yang menggambarkan ekspresi tersebut. Seperti misalnya gambar wajah melas salah seorang bintang iklan minuman ringan yang tidak kunjung mendapatkan jodoh. Ada juga gambar lain berupa seseorang bertubuh kerempeng yang diduduki temannya yang bertubuh bongsor.
“Menurutku, ungkapan ‘aku rapopo’ itu berarti kalau sebenarnya seseorang itu lagi ‘ono opo-opo’ dengan sesuatu,” ungkap Eni Atmanegara kepada MAMHTROSO.com saat ditanya perihal maraknya penggunaan tagar #AkuRaPopo di media sosial. “Jika memang beneran ‘rapopo’, nggak perlu bilang ‘rapopo’,” ungkap Alumnus MA Matholi’ul Huda Troso yang juga pegiat di dunia maya tersebut.
“Tapi jujur, penggunaan kalimat itu kebanyakan hanya untuk happy-happy saja, soalnya kalimatnya unik,” timpalnya.
Tagar #DipikirKaroMlaku Lebih Banyak Variannya
Demikian juga dengan tagar #DipikirKaroMlaku. Ungkapan ini dimaksudkan sebagai upaya menemukan solusi dari suatu masalah dengan tenang seiring berjalannya waktu. Di tangan pengguna media sosial yang kreatif, penanda ini diilustrasikan dengan beragam gambar yang cukup membuat orang tertawa melihatnya. Di antaranya gambar seorang pria berpakaian lusuh yang berjalan sambil mendorong mainan terbuat dari kaleng bekas.
Dalam perkembangannya, tagar #DipikirKaroMlaku ternyata mengalami banyak ‘modifikasi’. Sejumlah gambar lucu bermunculan sebagai bentuk plesetan dari ungkapan ‘dipikir karo mlaku’.
Misalnya, gambar dua orang yang tercebur ke dalam got akibat ceroboh saat mengendarai sepeda motor, lalu diberi keterangan ‘akibat dipikir karo mlaku’. Ada juga ‘varian’ lain berupa gambar seorang polisi menunggangi sapu, ditulisi ‘dipikir karo mabur (terbang)’. Tak kalah kocak gambar seorang bocah berpose, diberi tulisan ‘dipikir karo eksyen’.
Meski bernada satir, namun menurut Muhammad Mujab Juhaini tagar #DipikirKaroMlaku sejatinya memiliki makna yang positif. “Segala sesuatu yang baik itu perlu penyelesaian dengan kepala dingin alias tenang tapi tetap konsisten, sambil menjalankan aktivitas normal seperti biasa tanpa kehilangan momen lain,” ungkap siswa kelas XII MA MH Troso itu.
Sementara itu, Heru Saputro mengaku sering memakai tagar atau gambar ‘aku rapopo’ atau ‘dipikir karo mlalu’ untuk sekedar iseng saja. “Kalau saya jarang pakai untuk curhat di Facebook. Paling sering pakai buat battle gambar (saling serang berkirim gambar, red) dengan teman. Ada yang ‘dipikir karo ngepit’, atau ‘dipikir karo kungkum’, tergantung persediaan gambar yang kita punya,” ujar siswa kelas XI tersebut. (Agus Ahmad Fadloli)