MAMHTROSO.COM – Usai melakoni Ulangan Pekan Bersama (PUB) pada Kamis kemarin, civitas Akademika MTs. dan MA Matholi’ul Huda Troso langsung laksanakan Upacara Pengibaran Bendera Sang Merah Putih pagi tadi, Sabtu (19/11/2016).
Petugas upacara kali ini dari perwakilan siswa Madrasah Tsanawiyah Matholi’ul Huda Troso. Soya Angga (IX D) sebagai pemimpin upacara dan Fina Ramadhani (IX B) bertugas sebagai pembawa acaranya. Pasukan pengibar bendera dengan formasi 8 anggota. Risma Dona (IX F), Seli Dianawati (IX C), dan Eva Adibatus Syarifah (IX D) sebagai pengibar bendera berhasil menaikkan bendera merah putih tepat sesuai dengan lagu Indonesia Raya.
Asri Jatmiko, S.Ag., guru yang mengampu mata pelajaran Qur’an Hadits berkesempatan menjadi pembina upacara. Dalam amanatnya beliau menyampaikan tentang manfaat membaca Al Qur’an.
“Ada sebuah cerita seorang kakek dan cucunya yang tinggal di sebuah pegunungan Amerika, keduanya muslim. Sang kakek sangat gemar membaca Al Qur’an, setiap pagi selalu membaca Al Qur’an. Kebiasaan baik ini juga diiukuti oleh sang cucu. Akan tetapi pada suatu ketika sang cucu bertanya, kenapa harus selalu membaca Al Qur’an padahal tidak mengerti apa maksudnya”, awal cerita Asri Jatmiko, di Amanat Upacara Pengibaran Bendera, Halaman Madrasah Tsanawiyah Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara pagi tadi.
“Kemudian sang kakek menyuruh cucunya untuk mengambil keranjang kotor, dan sang cucu diperintahkan mengambil air di sungai dengan keranjang kotor tersebut. Sampai di sungai, keranjang kotor itupun dipenuhi dengan air, kemudian dibawa pulang. Belum sampai rumah air sudah habis menetes dari celah-celah keranjang tersebut. Sang cucu pun tidak putus asa, berulang-ulang kali dia berlari menuju sungai, memenuhi keranjang dengan air, akan tetapi secepat apapun dia lari pulang, airnya yang di dalam keranjang selalu habis dan dianggap sia-sia”, lanjutnya.
Dari kisah tersebut Asri Jatmiko mengungkapkan bahwa, meskipun pekerjaan mengambil air dengan keranjang kotor itu seakan-akan sia-sia, tetapi ternyata dari pekerjaan tersebut bisa membuat keranjang yang kotor menjadi keranjang yang bersih. Artinya meskipun ketika seseorang tidak paham dalam membaca Al Qur’an, seakan-akan sebuah pekerjaan sia-sia, tetapi hakikatnya dengan bacaan Al Qur’an tersebut bisa membersihkan hati manusia.
Setiap selesai upacara pengibaran bendera, ada sebuah agenda dari madrasah untuk menampilkan kesenian berpidato. Ini adalah salah satu bentuk aktualisasi dari salah satu mata pelajaran Mukhadarah yang dilaksanakan setiap hari Rabu pada jam ke-9 dan 10.
Nadiyah Nur Fadiyah (XI IPA-3), pagi tadi mendapat kesempatan untuk menyampaikan orasinya yang berjudul “Cara Mengatasi Galau”.
“Galau atau kebingungan dalam perasaan ini biasanya sering dialami oleh anak remaja (usia emas), banyak faktor yang bisa menimbulkan galau, yang pertama adalah sosial media, kedua perasaan cinta, dan kurangnya ibadah”, ungkapnya.
Menurutnya perilaku galau yang sering dialami oleh seorang remaja adalah sesuatu yang harus dihindari. Karena galau ini disebabkan oleh hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan. Banyak siswa yang mengeluh di sosial media dan mengaku banyak teman maya, sejatinya dia adalah orang yang kesepian dan sendirian.
“Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rasa galau, pertama kurangi penggunaan sosial media, kedua mencari aktivitas yang menyibukkan, ketiga perbanyak ibadah kepada Allah, dan keempat kurangi nonton sinetron yang biasanya banyak menyajikan cerita-cerita galau tentang cinta”, jelasnya.
(Syah)