MAMHTROSO.COM– Setelah Sabtu kemarin tidak diadakannya upacara pengibaran bendera, karena siswa-siswi sedang melakoni Ulangan Pekan Bersama (PUB), civitas Akademika MTs. Dan MA Matholi’ul Huda Troso kembali adakan Upacara Pengibaran Bendera Sang Merah Putih pagi ini, Sabtu (24/9//2016). Tepat pukul 06.50 WIB bel dibunyikan bertempat di halaman madrasah seluruh siswa dan dewan guru berbaris untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan setiap seminggu sekali ini.
Upacara bendera ini dijadikan salah satu media madrasah untuk menumbuhkan karakter patriotisme dalam jiwa masing-masing siswa. Karena dalam kegiatan tersebut disamping mengenang jasa pahlawan kemerdekaan, dan prosesi pengibaran bendera, juga berdoa bersama untuk menambah rasa cinta kepada tanah air dan berusaha untuk memajukan bangsa nusantara.
Petugas upacara kali ini dari perwakilan siswa Kelas X Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda sebagai pemimpin upacara adalah salah satu siswa dari Kelas X F, Adi Setiawan. Dan Nikmatul Jannah (X E) bertugas sebagai pembawa acaranya. Pasukan pengibar bendera yang berjumlah 12 anggota tampil kompak dibawa komando Wahyu Aji Wijanarko (X B).
Ismail, S.Pd.I., salah satu guru yang mengampu mata pelajaran Kesenian Nasyid ini berkesempatan untuk menjadi Pembina upacara. Beliau menyampaikan amanatnya kepada para peserta upacara yang berbaris rapi di depannya.
“Seminggu yang lalu kita semua telah merayakan Hari Raya Idul Adha, semuanya melaksanakan sholat id di masjidnya masing-masing, dan beberapa orang tua kalian ada yang menyembelih hewan kurban. Tetapi dibalik itu semua yang harus kalian ketahui adalah kisah yang harus kita teladani bersama, kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail”, tangkas Yuyun dalam pidatonya.
Dari Hari Raya Udul Adha atau sering disebut Hari Raya Qurban ini sebetulnya banyak pelajaran yang dapat dicontoh para siswa. Yaitu untuk mendapatkan sesuatu yang baik semua butuh pengorbanan. Dimana mulai dari Siti Hajar yang berkorban untuk berpanas-panasan di tengah padang pasir dari bukit Sofa sampai Marwa mencarikan air minum untuk anaknya, Nabi Ismail. Sementara Nabi Ismail pun juga berani berkorban dan merelakan diri untuk disembelih oleh ayahnya karena yakin itu adalah perintah Allah dan merupakan amanat yang harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.
“Kalian sebagai siswa semestinya bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut. Karena semua hal pasti butuh pengorbanan. Ketika kalian ingin menjadi anak yang pintar, ingin mewujudkan cita-cita kalian, maka harus diawali dengan pengorbanan. Pengorbanan yang saya maksud adalah kalian harus mau mengorbankan waktu dan tenaga untuk terus belajar, mementingkan urusan sekolah dari pada kepentingan pribadi kalian, ketika kalian ikhlas dalam pengorbanan tersebut maka pada suatu waktu kalian akan merasakan kemanfaatnya”, pungkasnya.
(Syah)