MAMHTROSO.COM – Hari ini MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso laksanakan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih, Sabtu (4/2/2017). Ketika cuaca cerah pihak madrasah selalu mengupayakan terlaksananya upacara bendera ini.
Salah satu tujuan upacara pengibaran Bendera Merah Putih ini yaitu melatih siswa-siswi supaya lebih disiplin, menumbuhkan jiwa patriotis, dan menghormati lambang atau simbol negara Republik Indonesia. Selain itu dengan upacara juga melalui amanat yang disampaikan oleh Pembina Upacara tentu akan menambah wawasan dan motivasi siswa, terutama motivasi dalam belajar baik di madrasah atau di luar lingkungan madrasah.
Setelah pada minggu-minggu sebelumnya petugas upacara ditugaskan kepada siswa-siswi dari MTs. Matholi’ul Huda Troso, kali ini giliran siswa-siswi Kelas X MA Matholi’ul Huda Troso yang bertugas. Dipimpin oleh Adi Setiawan (X F) dan Pengibar Bendera dipimpin oleh Wahyu Aji Wijanarko (X B), upacara pengibaran bendera pagi ini dapat berjalan dengan baik.
Luthfi Maula, S.Pd. pada upacara pagi ini bertindak sebagai Pembina upacara. Sebagai salah satu guru Sosiologi di MA Matholi’ul Huda Troso, beliau menyampaikan amanatnya tentang Krisis Kewajiban di kalangan remaja.
“Pada era globalisasi dan modernisasi ini para remaja kita sedang dilanda krisis kewajiban, disini saya membagi krisis kewajiban menjadi 3 aspek. Yang pertama krisis sosial yang disebabkan oleh faktor intimidual, seorang anak sekarang lebih suka main sendiri, dari pada main dengan temannya dengan permainan tradisional”, pidato Luthfi Maula ketika menyampaikan amanat pagi tadi, upacara pengibaran bendera, di halaman madrasah.
Menurutnya hilangnya permainan-permainan tradisional ini karena efek negatif dari kemajuan teknologi. Dimana seorang anak lebih suka menyendiri dari pada berinteraksi dengan teman sebayanya.
“Kedua krisis moral, perilaku siswa yang dipengaruhi 2 faktor yaitu primer dan sekunder. Anak ketika di rumah baik, tetapi di luar rumah berperilaku menyimpang. Aspek ketiga, yaitu krisis intelektual. Ketika siswa ditanya mau mendapat nilai baik di ujian, tetapi tidak diikuti dengan semangat belajar, tetapi selalu alasan klasik yang disampaikan, “wes roso-roso miker pak”.
Usai upacara dilanjutkan penampilan pidato dari siswa yang bernama Siti Khusnul Fidayah (XI IPA-2). Sesi ini adalah satu bentuk aktualisasi dari salah mata pelaran Mukhadlarah. Salah satu siswa MA Matholi’ul Huda Troso ini menyampaikan materi tentang “Remaja di Masa Modern” di hadapan 1.300-an siswa. Fidayah siswa asal Desa Pancur ini mengungkapkan bahwa setiap remaja pada era modern ini memang harus memiliki wawasan dan keimanan yang kuat. Karena tanpa wawasan seorang remaja tidak akan bisa maju. Dan tanpa iman yang kuat seorang remaja akan terjerumus kepada perilaku-perilaku yang negatif. (Syah)