MAMHTROSO.COM – MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso kembali laksanakan Upacara Pengibaran Bendera Sang Merah Putih, Sabtu (19/3/2016) pagi ini. Upacara yang diikuti oleh 1.300 peserta ini bertempat di halaman MTs. Matholi’ul Huda Troso. Tepat pada pukul 06.50 WIB bel dibunyikan siswa-siswi MTs. dan MA MH Troso langsung berkumpul membentuk barisan putra putri sesuai dengan kelas paralelnya masing-masing. Dari ujung timur kelas terbesar yaitu kelas XII MA MH Troso sampai paling barat berbaris kelas 7 MTs. MH Troso.
Dalam upacara bendera sederet acara digelar yang semuanya bermuara pada kedisiplinan dan jiwa nasionalisme. Mulai dari siswa-siswi dibariskan dengan sangat rapi, sampai pembubaran barisan setelah selesai upacara bendera.
Upacara bendera juga mengajak siswa-siswi untuk berjiwa nasionalis. Berdiri dan menghormat kepada bendera sang saka merah putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Bila siswa sudah mampu berdisiplin, maka pada saat pengibaran bendera itu, hatinya akan bergetar sekaligus bangga karena sang merah putih berkibar dengan gagahnya. Di sanalah terlihat bahwa bangsa yang telah merdeka dan berdaulat. Merdeka karena jasa para pahlawan yang gagah berani mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Upacara bendera juga mengajarkan untuk mengenang jasa para pahlawan, mendoakannya, dan menyanyikan lagu-lagu nasional yang membuat peserta didik tahu sejarah bangsa Indonesia dan menanamkan jiwa patriotisme di kalangan anak muda.
Zahrotun Nikmah, S.Pd. salah satu guru MTs. Matholi’ul Huda Troso yang mengampu mata pelajaran Matematika ini berkesempatan menjadi Pembina upacara. Dalam amanatnya beliau menyampaikan bahwa ketekunan dan keuletan dalam belajar itu sangat penting untuk menghindari kegagalan. Beliau menceritakan kisah Ibnu Hajar, seorang ahli hadits yang hidup pada abad ke-8.
“Dulu ada seorang santri yang bernama Ibnu Hajar, pada masa belianya dia berguru pada seorang guru namun sampai bertahun-tahun dia tidak mendapatkan ilmu sang guru sedikitpun. Bahkan selalu ketinggalan dari teman-temannya, serta sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya. Hal tersebut sempat membuatnya patah semangat dan frustasi”, awal cerita Nikmah.
“Karena patah semangat beliaupun memutuskan untuk pulang meninggalkan gurunya tersebut. Di tengah perjalanan pulang, beliau meninggalkan gurunya dengan hati yang gundah gulana, tiba-tiba hujan turun dengan sangat lebatnya seakan-akan menghadangnya pulang, dirinya pun kemudian berteduh di dalam sebuah gua yang merupakan satu-satunya tempat berteduh di sekitarnya. Setelah lama berada di dalam gua karena hujan tak kunjung reda beliau melihat tetesan air yang menetes terus-menerus, sedikit demi sedikit jatuh batu yang sangat besar, batu besar tersebut terlihat oleh beliau dalam keadaan berlubang tepat dibawah tetesan air. Beliau bergumam dalam hatinya, subhanallah….. sungguh sebuah keajaiban”, lanjutnya
Setelah peristiwa itu Ibnu Hajar kemudian terus semakin tekun semakin ulet untuk mempelajari ilmu yang disampaikan gurunya. Sampai kemudian bisa menghafal ribuan hadits. Siswa-siswi MTs. dan MA Matholi’ul Huda Troso dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut dengan meniru keuletan dan ketekunan Ibnu Hajar. Meskipun materi yang disampaikan guru belum bisa dipahami atau materinya mungkin terlalu sulit. Zahrotun Nikmah memotivasi siswa agar jangan mudah menyerah. Kegagalan itu adalah biasa, tetapi mengubah kegagalan menjadi keberhasilan itu luar biasa.
(Syah)