MAMHTROSO.COM – MA dan MTs. Matholi’ul Huda Troso melaksanakan Upacara peringatan HUT ke-71 Republik Indonesia pagi ini, Rabu (17/8/2016).
Upacara tahunan ini dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB di lapangan upacara MTs. Matholi’ul Huda Troso. Dihadiri oleh seluruh siswa dan dewan guru dari 3 unit lembaga pendidikan YPI Matholi’ul Huda Troso, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Total peserta upacara sekitar 1.500-an orang siswa.
Tim Pasus MA Matholi’ul Huda Troso dipercaya sebagai petugas upacara peringatan HUT ke-71 kali ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dikomandani Muhammad Dzakiyuddin Wafa (XII IPA-2) memakai seragam Patroli Keamanan Sekolah (PKS) dan diiringi tim Marching Band Bahana Swara MH Troso semakin menambah suasana khidmat di upacara peringatan HUT RI ini. 8 orang pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) memakai seragam putih lengkap dengan atributnya, diapit pasukan 17 yang memakai seragam pramuka lengkap dengan acsesoris khas Ambalan Setia Budi dan Fatmawati berjalan dengan irama hentakan keras dan kompak.
Fima Kurnia Robbi, Wahyu Aji Wijanarko, dan Atika Sari terlihat sudah tidak canggung lagi mengibarkan bendera sang saka Merah Putih kebanggaan bangsa Indonesia. Bendera yang berukuran 120 x 180 cm berkibar dengan gagahnya di ujung tiang 12 meter.
Lihat galeri kegiatannya – klik tautan berikut
Amanat Pembina Upacara :
Drs. H. Nur Kholis Syam’un, Kepala Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Troso bertindak sebagai Pembina upacara. Amanat yang disampaikan adalah tentang arti kemerdekaan dan pendidikan.
“kalimat merdeka secara defacto atau kenyataanya memang sudah kita capai, kita sudah tidak dijajah oleh bangsa lain. Akan tetapi modus-modus diciptakan untuk menghancurkan Indonesia melalui kemajuan teknologinya. Model kristenisasi sekarang tidak zamannya iming-iming beras tetapi lebih kepada yang kita sukai yaitu teknologi yang mereka ciptakan”, tegas Drs. H. Nur Kholis Syam’un, pada amanat upacara peringatan HUT ke-71 RI di MA Matholi’ul Huda Troso pagi tadi.
Beliau juga menyampaikan bahwa benteng perjalanan bangsa untuk mempertahankan budaya aslinya adalah melalui pendidikan. Dari pendidikan diharapkan mampu memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraannya. Dan dari pendidikan pula seseorang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi yang diciptakan bangsa lain dengan bijak.
“Pendidikan adalah benteng kita. Tetapi potret dari pendidikan masa kini di Indonesia banyak yang dijadikan sebagai ladang bisnis. Percuma gedung pendidikan dibangun tinggi-tinggi tetapi tidak bisa menciptakan generasi-generasi muda yang rabbani”.
“Orang tuamu, guru-gurumu tidak mungkin bisa mengawasi dirimu 24 jam. Ketika kalian bermain BBM, WA, dan internet dari handphone yang banyak kalian ambil sisi negatifnya, inilah bentuk penjajahan kita hadapi bersama saat ini. Dan pejajahan seperti ini hanya bisa kita hadapi dengan kesadaran diri sendiri”, pungkasnya.
(Syah)