Troso, MAMHTROSO.com – Lorenzo Cardi (23), sukarelawan asal Italia, pagi ini (06/10/2012), tiba di kampus MA Matholi’ul Huda Troso. Bersama serombongan pengantarnya dari Dejavato Foundation, Lorenzo disambut hangat layaknya tamu agung.
Kedatangan Lorenzo di madrasah ini bertujuan membantu pengembangan pendidikan bahasa asing di madrasah, pengenalan budaya lokal, serta kegiatan sosial kemasyarakatan.
Setibanya di halaman kampus, Lorenzo yang juga ditemani oleh Direktur Dejavato Ketut Purwantoro itu langsung disambangi oleh kepala MAMH Troso. Sambutan meriah juga diberikan oleh sejumlah siswa yang kebetulan ruang kelasnya berada di jalur menuju kantor. Meski awalnya suasana di dalam kelas yang sedang menghadapi Ulangan Tengah Semester Gasal itu tenang, namun seketika menjadi riuh-rendah lantaran mereka melihat orang manca yang sebelumnya pernah dijanjikan Kamad itu lewat di depan kelasnya.
Penyambutan berlanjut di ruang audio. Di depan puluhan dewan guru, Lorenzo diperkenalkan oleh pimpinan organisasi penyalurnya tersebut. Menurut Ketut, Lorenzo merupakan salah satu dari 15-an volunteer asing yang mengikuti program pertukaran sukarelawan hasil kerjasama Dejavato dengan EuropeanVoluntary Service (EVS) yang berbasis di London, Britani Raya. Lorenzo dkk dikirimkan ke beberapa tempat di Indonesia untuk misi pendidikan, sosial, dan budaya. “Selain Mas Lorenzo yang kita tugaskan di madrasah ini, beberapa volunteer juga kita kirimkan ke Surabaya, Semarang, Medan, dan beberapa tempat lain,” ungkapnya.
Ketut menuturkan, Lorenzo dijadwalkan berada di kampus MAMH Troso hingga enam bulan ke depan. “Setelah itu, Lorenzo bisa memperpanjang masa kerjanya selama 3 bulan lagi, jika memang kerasan,”jelasnya.
Lantaran tergolong proyek non-profit, pihaknya mengaku tidak mengharapkan imbalan berupa materi dari program ini. “Kita berdasarkan trust atau asas kepercayaan. Jadi ini perlu kami jelaskan di awal kepada Bapak dan Ibu sekalian,” tegasnya.
Meski demikian, lanjut Ketut, ada beberapa ketentuan yang mesti dipatuhi oleh pihak madrasah. Selain harus menyediakan tempat tinggal dan makan selama bertugas, pihak madrasah juga berkewajiban menentukan jadwal kegiatan sang bule tersebut.
Ditanya soal bentuk kegiatannya, Ketut memberi kebebasan untuk memanfaatkan sukarelawan untuk kepentingan pendidikan maupun sosial. “Utamanya, bisa menstimulan siswa agar punya penglihatan baru (wawasan-red) tentang berbahasa asing meski tidak aktif,” tuturnya.
Bagi Lorenzo, kehadirannya di Kampus Matros menjadi pengalaman pertama baginya menjadi volunteer di Indonesia. Sebagai bentuk apresiasinya, ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberinya kesempatan untuk berbagi pengalaman. “Terima kasih for the chances,“ tuturnya dalam bahasa campuran Indonesia-Inggris.
Hadirnya Lorenzo sebagai keluarga baru di kampus ini menjadi kegembiraan tersendiri bagi madrasah. Betapa tidak, setelah beberapa kali mengajukan permohonan pengiriman volunteer asing dari beberapa organisasi yang bergerak dibidang voluntary work, baru kali ini upaya tersebut membuahkan hasil.
Kamad berharap, kehadiran Lorenzo bisa menjadi salah satu titik loncatan bagi kemajuan madrasah. (aaf)