Troso, MAMHTROSO.com – Lomba Dekorasi Kelas selalu saja menyisakan cerita tersendiri bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ada kisah ceria, ada pula kisah nyaris putus asa. Cerita perjalanan yang mengiringi mereka cukup sayang bila dilewatkan begitu saja.
Sejak kali pertama lomba tersebut diumumkan bakal digelar, sejumlah siswa sudah mulai berancang-ancang dan mencari inspirasi. Berhari-hari, waktu seusai PBM yang sejatinya dapat digunakan untuk beristirahat di rumah terpaksa dikorbankan lantaran mereka harus berembuk dengan teman-temannya untuk menemukan kreasi apa yang pantas bagi kelas mereka.
Ketika ide sudah digenggam, bukan berarti pekerjaan sudah usai. Justru tugas besar baru akan dimulai. Ya, mereka harus bekerjasama dengan teman-teman sekelasnya untuk mengejawantahkan gagasan menjadi kenyataan. Mulai dari pengumpulan iuran, pembelian alat dan bahan hias yang dibutuhkan, hingga proses pembuatan. Tidak cukup sehari dua hari, waktu berbulan-bulan pun mereka habiskan untuk menyelesaikannya.
Bagi kelas yang bisa kompak, kisah ceria banyak mengisi aktivitas mereka. Seperti yang dialami oleh kelas XII IPS-2. Sejak awal, kelas ini memang sudah kentara kebersamaannya. Tim kreatif yang dipunggawai oleh Syekh Muhammad ini telah memulai bekerja, beberapa minggu sebelum kelas lainnya beraktivitas. Pekerjaan pertama yang harus mereka kerjakan adalah membersihkan seisi dinding kelas yang sebelumnya penuh dengan hiasan berupa tempelan kertas peninggalan kakak kelasnya. “Seperti yang pernah saya katakan dulu, saya dan teman-teman harus mulai lebih awa. Soalnya, ruangan ini dulunya penuh tembelan-tembelan kertas ‘peninggalan’ kelas XII IPA,” kata Syekh mengulangi perkataanya yang pernah diucapkan beberapa waktu lalu.
Keceriaan tergambar saat pembuatan karya berlangsung. Untuk mengusir kejenuhan, mereka sesekali melempar canda. Hal-hal kecil bisa saja menjadi bahan ocehan. Tidak jarang pula mereka memutar mp3 agar suasana tidak ampang.
Kendati sudah start lebih awal, namun kelas ini masih saja terlihat aktivitasnya, bahkan hingga menjelang lomba dilaksanakan. Memasuki pukul 3 pagi, Syekh dkk baru menyudahi kerja kreatifnya. Saat ditanya apa yang dikerjakannya hingga berlama-lama di madrasah, Syekh berujar, “Sebenarnya sudah jadi 2 hari lalu, tapi kita masih memoles ulang agar kelihatan lebih rapi. Jelek tidak masalah, yang penting karya sendiri.”
Beda lagi dengan kelas X A. Para kreator dari kelas ini hampir putus asa lantaran minimnya bantuan dari teman sekelasnya.
Awalnya, mereka memang terbilang cukup kompak. Beberapa siswa kelas ini sering lumburan malam di rumah salah satu dari mereka. Hasilnya, bangunan mirip gapura dari Styrofoam berhasil mereka ciptakan. Sayangnya, kekompakan mereka lambat laun menjadi luntur di tengah-tengah perjalanan. Hal itu pula yang mungkin menyebabkan para kreator nyaris putus asa dan menjadi ogah merampungkan karyanya.
Beruntung, semangat berkreasi muncul kembali menjelang hari-H. Tentu saja, mereka harus merelakan jam istirahat untuk begadang sepanjang malam. Meski tidak sesuai harapan, toh mereka sudah cukup puas lantaran telah berhasil menuangkan ide yang digagas bersama.
Meski setiap kelas memiliki cerita yang berbeda, namun semuanya memiliki harapan yang sama: menjadi juara lomba. (aaf)