Troso, MAMHTROSO.com – Ratusan anggota pramuka penegak MA Matholi’ul Huda Troso kembali mengikuti latihan kepramukaan, kemarin (30/10/2012). Pada latihan putaran kedua yang digelar di luar ruang kelas ini, mereka diajari teknik dasar tali-temali dan pioneering sederhana.
Latihan ini menjadi bagian dari kegiatan pramuka yang telah lama diintegrasikan menjadi intrakurikuler madrasah.
Menurut Ka Gudep Noor Ubaidillah, materi dasar tali-temali diberikan khusus untuk siswa kelas X saja. Mereka dikenalkan beberapa macam simpul dan ikatan beserta kegunaannya. Beda lagi dengan siswa kelas XI dan XII. Lantaran sudah pernah diajari teknik tali-temali, mereka langsung praktik membuat peralatan sederhana memanfaatkan tali temali dan beberapa bilah bambu. “Untuk yang kelas XI dan XII membuat menara dari bambu dan tali,” terangnya.
Soal metode pengajarannya, Ubaidillah menerangkan. “Instruktur memberikan komando dan mencontohkan bentuk simpul dan ikatan. Setelah itu, siswa yang lain menirukan satu per satu, sesuai dengan contoh yang diberikan. Pembimbing bertugas mengawasi dan memberi penilaian,” terangnya. Khusus kelas XI dan XII, terang Ubaidillah, setiap sangga membuat sebuah miniatur menara sederhana. “Pembimbing dapat menilai dari segi keaktifan meraka selama praktik berlangsung,” tambahnya.
Dari amatan MAMHTROSO.com di lapangan, latihan yang melibatkan sejumlah Dewan Ambalan sebagai instruktur ini berlangsung seru. Tidak melulu terpaku dengan materi, beberapa sangga menyelinginya dengan teriakan yel-yel untuk menyemangati kelompok mereka.
Lantaran dipandu teman sendiri, banyak siswa yang tidak segan untuk bertanya atau meminta penjelasan ulang kepada instruktur tentang materi yang disampaikan. “Kalau pas tidak bisa atau belum paham, saya tanya saja pada yang ngelatih itu,” terang Bije Syaifuddin, siswa kelas XII yang mengaku sempat tidak paham penjelasan instrukturnya sebelum ia memberanikan diri untuk bertanya.
Dari latihan ini pula, beberapa siswa mengaku mendapatkan hal baru. Sebut saja tentang jenis-jenis simpul. “Sebelumnya saya tahunya cuma simpul mati dan wangsul (hidup-red) saja. Tak tahunya, ada banyak sekali simpul,” kata Yulianto Siregar, siswa kelas X seusai latihan. Menurutnya, bentuk-bentuk simpul yang diajarkan dapat menggantikan dua simpul yang selama ini sering dia gunakan dalam menambung tali.
Meski secara umum berlangsung lancar, namun latihan yang digelar di luar kelas itu terasa masih perlu pembenahan. “Beberapa instruktur terkadang lupa materi apa yang akan disampaikan, sehingga mereka terpaksa mencontoh instruktur lain sebelum disampaikan kepada kawan-kawannya,” kata Siti Saudah, salah seorang pembimbing saat dimintai keterangan seusai kegiatan. Selain soal SDM, Saudah juga menyoroti tentang kekurangan alat peraga. “Terutama tali yang sangat terbatas. Jadinya kelompok kami kesulitan dalam menyelesaikan model menara karena talinya tidak cukup,” terangnya.
Saudah berharap, kedua masalah tersebut sudah dapat teratasi pada latihan yang bakal digelar 2 minggu mendatang. “Instruktur kami harapkan lebih menguasai materi. Soal tali, mungkin per siswa bisa iuran tali satu per satu saat agar tidak terjadi kekurangan tali lagi, atau jika materinya lain, paling tidak sudah disosialisasikan dua minggu sebelumnya, biar ada persiapan dari siswa,” jelasnya. (aaf)