Troso, MAMHTROSO.com – Penampilannya yang sederhana dan pendiam, mungkin tak banyak orang yang mengira kalau guru MA Matholi’ul Huda Troso yang satu ini memiliki segudang prestasi, mulai dari tingkat nasional hingga internasional. Ya, dialah Ahris Sumariyanto, guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) pemegang juara dunia Man’s Single Woodball tahun 2010 dan 2011. Seperti apa kisahnya?
Menurut penuturan Pria kelahiran Jepara, 4 September 1988 tersebut, dirinya mulai mengenal dan terjun pada olahraga woodball sekitar 4 tahun lalu, ketika dirinya masih berstatus mahasiswa di Fakultas Ilmu Olahraga (FIK) di Unnes Semarang.
Bukan urusan mudah bagi Ahris untuk mendalami olahraga yang berasal dari Taiwan tersebut. Selain tergolong olahraga baru dan belum memasyarakat di Indonesia, waktu latihannya juga harus berbenturan dengan jadwal perkuliahan yang harus diikuti. “Sempat tidak enak dengan dosen karena sering izin latihan, namun syukurlah, para dosen akhirnya memahami dan mengizinkan saya untuk berlatih,” jelas Pria yang tinggal di desa Banyuputih, Kalinyamatan tersebut.
Lalu apa yang memotivasi?
Setelah mendapatkan ‘dispensasi’ dari para dosen, semangatnya semakin berapi-api. Dirinya terus termotivasi untuk turut mengharumkan nama bangsanya lewat olahraga. “Siapa tahu saya bisa tembus sampai PON, Sea Games, atau bahkan Olimpiade,” harapnya.
Pada awalnya, Ahris sempat kepincut pada cabang olahraga sepakbola. Namun karena sering dilanda cidera dan ketatnya persaingan, Ahris memutuskan untuk berpindah haluan pada olahraga woodball. Ia beralasan, woodball lebih cocok dengan jiwa atletnya. “Saya lebih condong ke situ (woodball-red) karena sesuai dengan basic saya, yaitu kemampuan tangan,” tukasnya. Selain itu, persaingan yang ada dalam olahraga pukul bola kayu tersebut belum terlampau banyak. “Jadinya saya bisa fokus pada pencapaian kemenangan pada setiap pertandingan,” tambahnya.
Ahris menjelaskan, Woodball tak ubahnya Golf. Dengan aturan permainan yang nyaris sama, woodball juga mengandalkan kekuatan tangan dan konsentrasi tinggi. Bedanya, peralatan yang digunakan dalam woodball terbuat dari kayu dan jauh lebih terjangkau ketimbang peralatan yang dibutuhkan dalam golf.
Berkat keyakinan dan ketekunannya dalam berlatih, Ahris akhirnya berhasil membukukan kemenangan dalam pertandingan woodball di lingkungan kampusnya. Talenta di atas rata-rata yang dimiliki oleh Ahris pun terbaca oleh pengprov Indonesia Woodball Association (IWbA) yang mengantarkannya pada kejuaraan tingkat nasional dan regional Asia pada tahun 2009.
Kesempatan emas tidak disia-siakan oleh Ahris. Beberapa pertandingan level tinggi ia lakoni dengan memukau. Hasilnya, peringkat ke-3 dunia berhasil ia torehkan, yang sekaligus membawa nama harum klub yang menaunginya, Unnes Woodball Club, dan bangsa Indonesia di kancah persaingan Woodball dunia pada tahun 2009.
Di tahun berikutnya, Ahris semakin mantap mengikuti kejuaraan internasional. “Saya mempelajari kelemahan saya pada laga tahun sebelumnya, agar tidak terulang lagi pada tahun berikutnya,” kenang Ahris. Satu per satu pertandingan dapat dikuasainya. Sebut saja pada 3rd World University Woodball Championship yang digelar di Uganda 2010 silam. Ia sukses menyabet juara satu nomor tunggal putra pada ajang woodball khusus mahasiswa tersebut. Selain itu, ia juga berprestasi pada ajang World Cup IV Woodball International dan Thailand Open Championship 2010 yang menisbahkan dirinya menjadi raja woodball dunia.
Seakan haus akan gelar juara, Ahris kembali berkeliling dunia untuk mengikuti tur pertandingan Woodball kelas internasional pada musim 2011. Dimulai dari pertandingan di Hongkong (April), Filipina, Singapura, Thailand, Malaysia, Uganda (Afrika), Jepang, Estonia (Eropa), Rusia, Mongolia, hingga pertandingan pamungkas yang di gelar di Taiwan, Oktober 2011 lalu. Kemenangan yang berhasil dibukukan pada hampir setiap pertandingan kembali mengantarkan pria yang kini telah meraih gelar sarjana pendidikan tersebut meraih juara dunia untuk kali kedua. Bersambung (aaf)