Troso, MAMHTROSO.com – Selama ini, pembelajaran bahasa asing di sekolah dinilai kurang berhasil. Hal itu diindikasikan dari minimnya kemampuan peserta didik dalam melakukan komunikasi dalam bahasa tersebut, meski dalam ungkapan paling sederhana sekalipun.
Problem tersebut nampaknya juga dialami oleh MA Matholi’ul Huda Troso. Banyak siswa di madrasah ini belum ‘ngeh’ jika dihadapkan dengan permasalahan komunikasi menggunakan bahasa Inggris dan Arab yang telah mereka pelajari. Padahal sejatinya, di madrasah ini telah ada pelajaran Bahasa Inggris dan Arab Praktis yang diharapkan mampu menunjang kemampuan siswa dalam berbahasa asing. Meski demikian, nyatanya mereka masih kesulitan untuk berbicara dalam bahasa tersebut.
Untuk memecahkan masalah tersebut, beberapa upaya ditempuh oleh madrasah ini. Salah satunya dengan melakukan perombakan metode pembelajaran bahasa asing. Agenda tersebut dibahas dalam rapat internal oleh sejumlah guru bahasa asing MTs dan MAMH Troso, Kamis (03/01/2012) malam.
Kepala MAMH Troso mengungkapkan, perombakan itu ditempuh dengan mempersempit kajian materi yang dibahas pada setiap pelajaran bahasa asing. “Materi yang disampaikan lebih simpel, berupa komunikasi sederhana dalam kehidupan sehari-hari,” terang Kamad. Menurutnya, bahan ajar kurikulum yang digunakan selama ini cenderung sulit untuk dipahami siswa. Akibatnya, terang Kamad, siswa semakin malas untuk mempraktikkan pelajaran yang telah ia dapatkan.
Meski demikian, lanjut Kamad, madrasah tidak serta-merta mengesampingkan kurikulum lama. “Dari kurikulum lama kita tetap ambil, seperti pemahaman teks sekitar 10 persen. Selebihnya adalah dialog-dialog sederhana dengan porsi 90 persen,” terang Kamad. Kebijakan baru ini diberlakukan untuk jenjang kelas 10 dan 11. Sementara untuk kelas 12, mereka akan difokuskan pada pemahaman teks dan latihan soal untuk menghadapi UN.
Selain itu, kajian materi pada pelajaran Bahasa Inggris dan Arab Praktis akan diselaraskan. “Ke depan, materi Bahasa Inggris Praktis akan diselaraskan dengan Bahasa Arab Praktis,” terang Kamad. Hal itu dimaksudkan agar kedua mapel muatan lokal itu dapat saling melengkapi.
Ditanya soal target, Kamad menerangkan, “Kita targetkan lewat kebijakan baru ini agar siswa minimal dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris atau Arab, meski dalam bentuk yang sederhana.” (aaf)