Troso, MAMHTROSO.com – Kegiatan Morning Briefing kembali digelar, Rabu (14/11/2012). Namun, ada yang berbeda. Pasalnya, jika biasanya kepala madrasah tampil sebagai pembicaranya, namun kali ini, penceramahnya adalah salah seorang siswa MA Matholi’ul Huda Troso.
Ya, dialah Yuni Wahyuningsih. Siswi yang duduk di kelas XI IPA-1 itu tampil cukup mengesankan di depan ribuan warga madrasah.
Dalam ceramahnya, Yuni – sapaan akrabnya – mengambil tema tentang perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Menurutnya, Nabi Ibrahim adalah sosok pemuda yang tabah dalam menghadapi cobaan. Bahkan Ibrahim merelakan dirinya dibakar oleh penguasa pada masanya lantaran berani menentang kemusyrikan yang dilakukan pada saat itu. “Nabiyullah Ibrahim sangat membenci kemusyrikan, kekufuran, dan moral bejat,” ujar Yuni.
Yuni membandingkan, beberapa bentuk kemusyrikan juga masih kentara di zaman sekarang. “Jika pada zaman Nabi Ibrahim kemusyrikan berupa penyembahan terhadap berhala, maka pada saat ini bisa berupa uang, harta, kedudukan, kemewahan, dan fasilitas-fasilitas lain,” terangnya.
Sama halnya dengan kisah Ismail, putra dari Ibrahim. Yuni berkisah, Ismail sudah terlihat kualitas keimanannya sejak kecil. Hal itu terbukti tatkala sang ayah mendapatkan ilham untuk menyembelih sang putra tercinta atas perintah Allah. Bukan menghindar dan menolaknya, justru Ismail merelakan jiwanya untuk dijadikan kurban. Lantaran ketaatan yang luar biasa itu, lanjut Yuni, Allah akhirnya mengganti Ismail dengan hewan domba yang hingga sekarang masih diikuti sunnahnya oleh kaum muslim.
Lebih lanjut Yuni menjelaskan, kedua kisah yang ia ceritakan bukan tanpa maksud. Yuni ingin menggali hikmah dari kisah keteladanan para kekasih Allah tersebut. “Kita mendapatkan pelajaran yang berharga, yaitu ketaatan dan kepatuhan seorang anak kepada orang tuanya, sepanjang tidak melanggar syariat Allah,” terangnya. Yuni mengajak kepada rekan-rekan seperjuangannya untuk berupaya membahagiakan kedua orang tua dan guru mereka. Bahkan Yuni tidak dapat menahan air mata saat mengulangi nasehat yang kerap disampaikan kepala madrasah. “Mari kita bahagiakan orang tua kita, mari kita bahagiakan guru-guru kita,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah.
Pembacaan Pertatib Baru
Seusai Yuni berceramah, acara Morning Briefing berlanjut dengan pembacaan revisi peraturan dan tata tertib (pertatib) siswa. Pertatib baru itu dibacakan oleh kepala MTs Matholi’ul Huda Troso, Karwadi.
Karwadi mengungkapkan, pertatib yang baru rampung dirumuskan sehari sebelumnya itu berisi dua poin utama, “Bagian pertama adalah perintah-perintah, dilanjutkan dengan larangan-larangan. Dan semuanya itu bukan bermaksud untuk membatasi siswa, tetapi untuk membentuknya menjadi manusia. Semuanya akan kembali kepada siswa sendiri,” ujarnya.
Dalam poin perintah-perintah, ada beberapa kewajiban baru yang harus dilakukan siswa, baik per hari, maupun per minggu. “Mengikuti maulid nabi setiap hari Senin dan pembacaan surat Yasin setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis,” terangnya.
Di bagian kedua, Karwadi membacakan larangan-larangan beserta sanksinya. Menurut penuturannya, sanksi dikelompokkan menjadi beberapa bagian. “ada sanksi membaca al-quran, pemanggilan orang tua, hingga di-drop out,” ujarnya. Sanksi yang diberikan, lanjut Karwadi, diberikan berdasarkan tingkat pelanggaran yang dilakukan siswa. “Kalau hanya terlambat, misalnya, sanksinya adalah membaca alquran. Tetapi jika misalkan ada yang mencuri di lingkungan madrasah atau perbuatan melecehkan guru, maka sanksinya dikeluarkan,” terangnya. (aaf)