Troso, MAMHTROSO.com – Kesenangan dunia tidak jarang membuat sebagian orang terbuai hingga melupakan ‘terminal’ hidupnya sebagai makhluk Tuhan. Padahal – sesuai dengan konsep Islam – tujuan akhir hidup manusia adalah kehidupan akhirat yang lebih kekal dibanding di dunia.
Demikian mukadimah yang disampaikan oleh Kepala MA Matholi’ul Huda Troso pada acara ceramah bertajuk Morning Briefing, kemarin (28/11/2012). Tidak kurang dari seribuan siswa MTs dan MA mendengarkan pidato kemadrasahan yang digelar sehari sebelum pelaksanaan Ujian Akhir Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013.
Menurut Kamad, Islam menjadikan percaya kehidupan akhirat sebagai salah satu dari pilar iman bukan tanpa maksud. “Umat Islam diajarkan agar berpikir jauh ke depan, tidak hanya enaknya sekarang, dan hanya sak uplik (sesaat-red.) saja,” terangnya. Dengan adanya visi tersebut, maka seseorang dapat menilai dirinya sendiri. “Kira-kira diri kita ini pantasnya di blok surga atau blok neraka, karena kita sendirilah yang menentukan. Oleh karena itu, rumuskan kembali ‘terminal’ hidupmu,” terangnya. Kamad mencontohkan, seorang pelajar yang bersemangat dalam menuntut ilmu juga dalam rangka menuju terminal yang terakhir, yaitu kehidupan akhirat,“ ucap Kamad.
Kamad menambahkan, adanya orientasi kehidupan akhirat dapat menjadi tali kendali seseorang dalam berbuat. “Jika kita ini sudah sadar akan orientasi hidup, maka tidak mungkin ada orang yang berbuat maksiat, karena kita akan sadar kalau melakukan perbuatan itu, maka terminalnya ada di neraka. Orientasi seperti itulah yang harus terus dibangun dalam diri kita,” ucapnya.
Lebih lanjut, sedikitnya ada 4 hal yang paling berpengaruh dalam setiap sisi kehidupan seseorang. “Yang pertama adalah orang tua, kedua adalah guru, ketiga adalah bacaan, dan keempat adalah teman,” terang Kamad. Khusus bacaan dan teman, menjadi titik tekan tersendiri bagi Kamad. Menurutnya, bacaan seseorang terbilang efektif dalam mempengaruhi diri seseorang. “Bacaan, entah dari buku maupun internet, sangat banyak dan terbuka. Kalau kita tidak selektif, maka ujung-unjungnya akan bermuara pada kerusakan dalam diri kita,” paparnya.
Tidak hanya bacaan, teman juga memiliki andil besar dalam membentuk pribadi seseorang. “Coba kita lihat, kalau seseorang kumpulannya adalah orang-orang baik, maka bisa dipastikan dia akan menjadi orang yang baik pula. Dan sebaliknya, seseorang yang kumpulannya yang tidak baik, suka maksiat, maka orang itu juga dapat dipastikan akan ketularan tidak baik,” jelas Kamad. (aaf)