Troso, MAMHTROSO.com – Ratusan anggota pramuka penegak MA Matholi’ul Huda Troso pada Selasa siang (27/11/2012), berlatih prosedur Pertolongan Pertama (PP). Latihan tersebut sebagai simulasi kesiapan mereka dalam menangani kasus gawat darurat, semisal cedera atau kecelakaan.
Pertolongan pertama pada korban kecelakaan memberi arti penting untuk “memperpanjang nafas” korban, sebelum nantinya dibawa ke rumah sakit, untuk mendapat penanganan dengan lebih komplit dan serius.
Menurut salah seorang instruktur, materi PP yang diajarkan pada pertemuan tersebut terbilang masih dasar. “Pertama pada pengenalan apa itu PP, dan langkah-langkah memberikan PP,” ujar Noor Arif saat dihubungi MAMHTROSO.com seusai kegiatan berlangsung.
Arif menjelaskan, pengetahuan PP menjadi salah satu titik tekan kurikulum mapel Pramuka di MAMH Troso. “Pertolongan Pertama menjadi materi wajib bagi anggota pramuka, termasuk di sini (MAMH Troso-red.),” kata Arif. Itu sebabnya, materi PP akan disampaikan secara berkesinambungan hingga mereka benar-benar menguasainya. “Tidak hanya dasar-dasar saja, ke depannya, teman-teman juga akan belajar penanganan yang lebih kompleks lagi,” tutur Arif.
Lebih lanjut Arif memaparkan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang penolong. “Pertama kita harus melakukan penilaian keadaan, kita harus tahu bagaimana kronologi kejadiannya, dan mengidentifikasi berapa jumlah korban pada waktu kejadian,” jelasnya. Prosedur awal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengamankan keadaan.
Setelah mekanisme pertama dilakukan, pertolongan dilanjutkan dengan penilaian dini dari korban. “Langkah ini untuk memastikan apakah korban masih memungkinkan untuk ditolong atau tidak,” paparnya. Saat korban telah dipastikan dapat ditolong, langkah penolong selanjutnya adalah membuka jalan nafas yang mungkin tersumbat saat kejadian serta dilakukan pemeriksaan fisik dari bagian kepala hingga ujung kaki. “Pemeriksaan bagian belakang tubuh korban atau Dorsal juga dilakukan. Caranya dengan memiringkan korban dan memastikan ada tidaknya cedera di bagian tulang punggung hingga tulang ekor. Kalau memungkinkan korban juga diletakkan di tandu dan diberi selimut,” lanjutnya.
Langkah yang tidak boleh ketinggalan dalam pemberian pertolongan pertama adalah pemeriksaan tanda vital. “Kita harus mengecek bagaimana frekuensi nadinya, nafasnya, suhu badan, hingga kondisi kulit. Dan tidak lupa, kita juga harus melakukan pemeriksaan berkala selama melakukan pertolongan,” terangnya.
Sebagai tindak lanjut dari pertolongan pertama, para instruktur juga mengajarkan cara pembalutan dan pembidaian cedera yang dialami korban. “Kita memberi contoh, misalnya korban mengalami trauma di bagian tangan, kaki, ataupun kepala,” kata Arif. Penanganan setiap cedera yang dialami tidaklah sama, tergantung tingkat cederanya. “Jika berupa perdarahan terbuka, maka diberikan balut tekan. Atau jika mengalami patah tulang, kita bisa menambahkan bidai untuk melakakukan fiksasi,” paparnya.
Selain pemberian pertolongan pada cedera korban, para peserta juga diberikan materi tentang pembuatan tandu sederhana. “tandu ini digunakan untuk mengevakuasi korban ke tempat yang lebih aman,” terang Arif.
Bahan yang digunakan untuk membuat tandu tersebut, lanjutnya, menggunakan empat potong tongkat pramuka dan sejumlah tali. “Dalam pembuatan dragbar ini, kita menggunakan teknik tali-temali yang pernah diajarkan sebelumnya,” pungkasnya. (aaf)