Troso, MAMHTROSO.com – Mengikuti perkembangan jaman kerap menjadi alasan bagi banyak orang untuk melengkapi diri dengan simbol-simbol kekinian. Sebut saja handphone, kendaraan bermotor, atau bahkan cara berpakaian. Sah-sah saja dilakukan. Namun masalahnya, bagaimana jika pemenuhan kebutuhan itu ‘memaksa’ kebutuhan yang lebih urgen tersisihkan?
Begitu topik yang diangkat Kepala MA Matholi’ul Huda Troso pada gelaran acara Morning Briefing yang digelar di halaman madrasah, beberapa waktu lalu (09/10/2012).
Pada acara yang diikuti oleh ribuan siswa MTs dan MAMH Troso tersebut, Kamad mencoba menggugah kesadaran anak-anak didiknya untuk menumbuhkan sikap kesederhanaan dalam diri mereka. “Ayo, tumbuhkan sikap ‘mana yang lebih diutamakan, mana yang kurang perlu diutamakan, dan mana yang tidak perlu diutamakan’,” ujar Kamad.
Meski sejatinya tidak ada larangan bagi siswa untuk memiliki HP, namun keberadaan alat komunikasi seluler itu dipandang tidak banyak memberi manfaat kepada mereka, malah cenderung menguras banyak biaya. “Seperti itu, kalian sudah melakukan kemubaziran dalam hidup,” ujarnya. Itu sebabnya, Kamad mengaku tak berkenan apabila siswanya lebih mementingkan HP ketimbang mengurusi biaya pendidikannya. “Kami tidak rela dunia-akhirat,” ungkapnya.
Belum lagi soal kendaraan bermotor yang dibawa siswa ke lingkungan madrasah. Beberapa siswa yang ingin tampil beda mencoba memodifikasi si kuda besinya dengan tampilan yang nyeleneh, semisal warna striping yang ngejreng atau pemakaian knalpot yang memekakkan telinga. Bagi Kamad, perilaku tersebut juga tergolong tidak mencerminkan hidup sederhana. “Padahal dari pabriknya sudah ada ukuran-ukurannya,” jelasnya. “Makanya di sini, kalau ada sepeda motor yang neko-neko, kita tidak akan tanggung-tanggung lagi, langsung kita gembosi bannya, dan orang tuanya kita panggil,” terang Kamad dengan nada serius.
Keprihatinan Kamad juga tertuju pada cara berdandan siswa. Tidak jarang dirinya mendapati siswa perempuan yang bersolek secara berlebihan, hingga menyebabkan wajahnya terlihat aneh. “Makanya kita larang di sini! Berdandanlah yang biasa saja, yang wajar-wajar saja,” ujarnya.
Kamad berharap, sikap yang menjadi salah satu dari panca jiwa madrasah tersebut dapat menjadikan siswa tetap bersemangat dalam menimba ilmu dalam balutan kesederhaan.
Ajang Perkenalan Volunteer Asing
Morning Briefing kali ini terasa berbeda dari biasanya. Sebab, momentum tersebut dijadikan ajang perkenalan bagi Lorenzo Cardi, volunteer asing asal Italia yang ditugaskan di madrasah ini untuk misi pengenalan budaya, pendidikan, dan sosial.
Selain mengenalkan identitasnya, Lorenzo juga mengungkapkan maksud kedatangannya di kampus ini. Menurut penuturannya, dirinya sangat tertarik dengan kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Dirinya banyak berharap mendapatkan pengalaman selama dirinya bertugas. “Saya di sini tidak dibayar oleh madrasah dan bukan bertujuan untuk mencari uang. Tapi lebih itu, saya ingin mendapatkan pengalaman, dan sebab itulah saya di sini,” tuturnya.
Selama masa tugasnya di madrasah ini hingga 9 bulan mendatang, Lorenzo diproyeksikan asisten guru bahasa Inggris. “Jadi, saya akan mengajak kalian untuk berbicara dalam bahasa Inggris, dan tidak perlu malu untuk mengungkapkannya,” ujarnya. (aaf)