Troso, MAMHTROSO.com – Gerakan pramuka gudep MA Matholi’ul Huda Troso tengah mempersiapkan skuad terbaiknya menghadapi lomba kepramukaan bertajuk Temu Karya Penegak ke-8 (TKP VIII) di Universitas Muria Kudus. Rencananya, kompetisi tingkat eks-Karesidenan Pati itu digelar pada medio Februari mendatang.
MAMH Troso sendiri baru kali ini menjajal lomba khusus penegak tersebut. Sebelumnya, lomba yang diadakan oleh Racana Muria Whira dan Shima itu sudah 7 kali sukses digelar. Terakhir, TKP diadakan pada 10-12 Februari tahun lalu.
Menurut instruktur tim Danang Fardian, pihaknya telah memilih 20 anggota pramuka terbaik di gudep itu. “Seluruhnya ada 20 peserta, yang nantinya akan dibagi menjadi 2 sangga, terdiri dari 10 anggota putra dan 10 anggota putri,” ujarnya saat dimintai keterangan MAMHTROSO.com, kemarin (21/01/2013). Danang menuturkan, skuad rata-rata dipilih berdasarkan pengalaman mereka dalam mengikuti lomba kepramukaan. “Hampir semua yang dipilih sudah pernah ikut lomba. Kalaupun ada, satu-dua saja yang belum punya pengalaman, tapi tetap kami pilih untuk pengaderan, sebab kami lihat mereka cukup potensial,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan MAMHTROSO.com, para instruktur sudah mulai berlatih bersama kontingen MH Troso sejak susunan tim ini terbentuk. “Yang sudah mulai latihan rutin adalah baris-berbaris. Soalnya hanya ini yang sudah cukup bahan untuk latihan,” ujar Muhtar Sya’roni di tempat terpisah. Salah satu instruktur itu menuturkan, ada 9 materi giat prestasi yang dilombakan. “Lombanya meliputi PBB, Teknologi Tepat Guna, Lomba Cerdas Tangkas, Lomba Karya Tulis Ilmiah, Orienteering Game, menyanyi, K3, Wide Game, dan menggambar poster,” terangnya. “Jika ada yang baru, kita akan gerak cepat latihan materi tersebut,” tambahnya.
Meski memiliki tim yang sudah cukup solid, Roni tidak mau jumawa. “Kita tahu, waktu persiapan mereka tidak cukup banyak, hanya sebulan saja. Meski mereka sudah biasa dengan keadaan seperti itu (latihan kejar tayang-red), tapi kami tetap mengharapkan mereka tidak menganggap enteng,” papar Roni. Apalagi, tambahnya, beberapa materi yang dilombakan terbilang masih asing bagi mereka, semisal Orienteering Game ataupun Wide Game. “Banyak tantangan baru di lomba ini, dan semoga semangat juang mereka seperti pada saat Gladi Widya,” harapnya. Ya, kebanyakan dari mereka adalah alumni kegiatan Gladi Widya Cakra Baswara I dan Raimuna Cabang VI yang diadakan Kwarcab Jepara, Juni tahun lalu. Mereka menyapu bersih seluruh gelar juara puncak pada kompetisi tersebut.
Sementara itu, panitia TKP VIII dalam tulisannya di blog Racana Muria menerangkan bahwa kegiatan tersebut sarat dengan konsep baru. “Ciri khusus dalam kompetisi ini adalah Orienteering Game. Lomba ini memerlukan ketepatan mengolah data, kecerdasan dalam bentangan alam, dan ketangkasan dalam menerjang medan,” tulisnya. Untuk mendukung lomba tersebut, panitia tidak hanya menggunakan kampus sebagai pusat kegiatan. Panitia juga menerapkan sistem subcamp yang ditempatkan di lereng gunung Muria.
Selain giat prestasi, TKP VIII juga akan menggelar sejumlah kegiatan nonlomba, semisal temu pimpinan kontingen, dialog interaktif, karya wisata, serta bakti lingkungan berupa penanaman seribu pohon sengon di kawasan bumi perkemahan Ronggokusumo, Kudus.
Kegiatan yang mengambil tema konservasi lingkungan dalam Messenger of Peace itu rencananya digelar pada 15-17 Februari ini.
Kelas XII Putra Tetap Ngotot Ikut
Sejatinya, pangkalan MAMH Troso enggan melibatkan siswa kelas XII bergabung dengan kontingen. Pasalnya, mereka diharapkan dapat memfokuskan diri menghadapi UN yang bakal digelar mulai akhir April mendatang. Namun, hasrat ingin berlaga masih saja menggelora di benak sejumlah siswa kelas akhir tersebut.
“Kami ingin mengharumkan nama madrasah untuk terakhir kalinya sebelum kami lulus dari sini. Itu akan sangat berkesan bagi kami,” ujar Tri Bowo Krismawanto, salah satu siswa kelas XII yang mengaku sanggup mengikuti lomba meski harus berhadapan dengan UN. Optimisme Bowo itu diamini oleh 3 orang temannya yang juga sama-sama kelas XII. Alhasil, keempat siswa ‘nekat’ itu akhirnya dimasukkan dalam skuad sangga putra. “Sudah risiko, kami harus berjuang keras menghadapi kelelahan, dan ketinggalan materi pelajaran seusai lomba ini,” kata Bowo saat ditanya soal kemungkinan yang akan dihadapi mereka seusai mengikuti TKP VIII.
Sementara itu, sejumlah siswi kelas XII yang juga pernah memperkuat pangkalannya pada ajang lomba pramuka itu lebih memilih ‘main aman’. “Sebenarnya kami juga ingin gabung, tapi kelihatannya orang tua tidak memberikan dukungan. Ditambah lagi, kalau dipikir-pikir, tenaga cewek jauh berbeda dengan cowok. Jadi kita urungkan saja keinginan itu,” kata Lia Listiana. Lantaran alasan itu, sangga putri yang akan dikirim hanya diisi oleh siswi kelas X dan XI saja. “Kita selalu mendukung perjuangan teman-teman, meski tanpa kelas XII,” pungkas Lia. (aaf)