Troso, MAMHTROSO.com – Siapa yang tidak kenal istilah Stand up comedy. Aksi melucu di atas panggung dengan gaya monolog itu kini sedang ngetren di masyarakat. Berbagai ajang pencarian bakat unik ini banyak bermunculan, tidak terkecuali pada lomba stand up comedy yang sukses digelar Osis MA Matholi’ul Huda Troso, Ahad (16/12/2012) lalu.
Sebanyak 14 comic, sebutan untuk pelawak stand up comedy itu beraksi di depan ribuan warga madrasah dengan membawakan banyolan-banyolan cerdas yang tidak jarang mengandung sentilan. Tak pelak jika sebagian besar penonton tertawa ngakak dibuatnya.
Menurut koordinator acara, Miftahul Umam, lomba yang baru pertama kali diadakan di madrasah itu terinspirasi dari sebuah program acara yang ditayangkan di stasiun televisi. “Melihat banyaknya acara stand up comedy yang tayang di teve, rasanya menarik jika diadakan acara serupa di madrasah,” kata Umam. Para comic, lanjut Umam, tidak lagi mengandalkan lawakan bergaya slapstick alias lawakan menggunakan adegan fisik untuk mengundang tawa. “Mereka lebih banyak bermain dengan humor yang disampaikan melalui kata-kata,” terang Umam.
Lantaran terfokus pada humor verbal, lanjutnya, para comic harus menyusun naskah sebelum pentas berlangsung. “Setidaknya materi yang dibawakan memenuhi tiga kriteria, yaitu kekocakan, kreatifitas ide, serta mimik atau ekspresi,” jelas Umam.
Tema yang diusung setiap comic beragam, mulai dari candaan umum, problem remaja, hingga kritik sosial. Mereka diberi kesempatan oleh juri untuk melakukan open mic di atas pentas selama maksimal 10 menit.
Bagi para comic, membuat audience dapat tertawa secara lepas tentu bukan urusan yang mudah. Mereka harus benar-benar menyiapkan konsep secara matang agar bahan candaan yang akan menjadi senjata pamungkasnya tidak terkesan garing alias tidak lucu sama sekali. Hal itu diungkapkan Ikhasanul Khafidzin, salah seorang comic perutusan kelas XII IPS-2. “Kalau misalnya boleh lari, rasanya saya ingin melakukannya saat lawakan saya tidak direspon penonton, padahal menurut saya, lawakan itu sudah cukup lucu,” ujar Khafidzin mengenang aksinya selama di panggung.
Meskipun demikian, celotehannya di depan mikrofon tidak sia-sia. Dari sekian banyak comic yang tampil, Khafidzin menjadi satu-satunya komedian yang tampil all out, yang mengantarkannya menjadi pemenang pertama.
Dalam balutan pakaian ala parlente, ia menyatir keadaan ekonomi di lingkungannya dengan gaya bicara ibu-ibu cerewet. Tentu saja, aksinya itu membuat hampir seluruh penontonnya terpingkal-pingkal.
Posisi kedua dimenangkan oleh Ahmad Taufiq. Berbeda dengan yang lain, Siswa yang mewakili kelas XII IPA-1 itu tampil dengan pakaian yang unik menyerupai pelawak Jojon. Ia mengusung tema anak alay alias remaja yang suka berlebihan. Menurutnya, budaya alay sudah menjelma bak ‘penyakit’ stadium mengkhawatirkan. “Saat ada pasien yang berkunjung mau berobat dan berkata, ‘Dok, saya terserang penyakit jantung dan TBC,’ maka dokter bisa jadi berkomentar, ‘Ciyus? Miapah? We harus bilang “wow” gitu?” celoteh Taufiq disambut tawa audience.
Sementara itu, Akbar Rafi Muslim, comic asal kelas X A itu berhasil meraih juara ketiga. Akbar sejak awal penampilannya sudah mengocok perut setiap orang yang melihatnya. Bagaimana tidak, siswa yang berpostur pendek namun tambun itu berpakaian layaknya pejabat berdasi. Ditambah lagi, ia mengangkat topik yang terkesan paradoks baginya: PDKT alias pendekatan. Akbar terbilang cukup kreatif dalam mengaitkan antara patah hati dan sakit gigi. “Tau nggak, Lo. Yang namanya PDKT itu memang indah di awalnya, tapi menyakitkan saat berakhir. Dijamin deh, lebih enak sakit gigi daripada sakit hati. Soalnya, kalau sakit gigi, bapak saya bisa menyembuhkannya, kalau sakit hati, bapak saya belum tentu bisa, lha soalnya bapak sering diomeli ibu saya,” ucap Akbar saat di pentas. (aaf)