Troso, MAMHTROSO.com – Kurang dari sepekan siswa SMA/MA/SMK di seluruh nusantara akan menjalankan Ujian Nasional (UN). Ya, Mereka dijadwalkan akan mengikuti UN utama pada 15-18 April 2013 mendatang. Namun ada perbedaan yang cukup signifikan di UN tahun ini.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggunakan 20 jenis soal UN yang berbeda untuk setiap ruang ujian. Penggunaan 20 paket soal itu bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas hasil UN. Dengan bertambah banyaknya jenis soal dalam UN, potensi tindak kecurangan akan semakin sempit. Pasalnya, masing-masing siswa akan mengerjakan soal berbeda karena umumnya setiap ruang ujian diisi oleh 20 peserta ujian.
Sebelumnya, UN menggunakan lima paket soal. Akan tetapi, masih saja diterima laporan praktik kecurangan di sejumlah daerah. Diduga, kecurangan itu umumnya terjadi saat distribusi soal yang kemudian bocor dan akhirnya terjadi jual beli kunci jawaban kepada siswa.
“Tahun ini, ada 20 jenis soal. Jadi, soal tiap siswa di satu kelas berbeda sehingga lebih terukur lagi kerahasiaannya, terjaga, dan mencegah kebocoran,” kata salah seorang pejabat Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufiq Yudi Mulyono, seperti dikutip dari Kompas.com, Ahad (7/4/2013).
Meski setiap siswa mendapatkan soal yang berbeda, pemerintah memastikan bobot kesulitan masing-masing tetap sama. Oleh karenanya, siswa diharapkan tidak khawatir dengan banyaknya variasi soal UN kali ini.
Taufiq mengimbau agar peserta didik tidak percaya dan terbujuk untuk membeli bocoran soal karena ia berani menjamin soal-soal UN tidak akan bocor ke pihak ketiga dengan sistem pencetakan dan jenis soal yang jauh berbeda dari tahun lalu.
“Nantinya, setiap jenis soal akan ada barcode sebagai tanda keaslian dan keabsahan soal tersebut sehingga tidak mudah dipalsukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” kata Taufiq.
Untuk pelaksanaan UN tahun ini, seluruh soal UN secara nasional akan dicetak oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak lagi oleh masing-masing provinsi.
Soal dan Lembar Jawab UN Berintegrasi
Upaya pemerintah dalam menekan praktik kecurangan selama UN tahun ini juga diwujudkan dengan membuat soal dan lembar jawab UN menjadi satu kesatuan sehingga pembagiannya tidak dilakukan terpisah seperti pada pelaksanaan UN sebelumnya.
“Tahun ini, antara naskah soal dengan lembar jawaban tidak terpisah seperti biasa. Kalau dipisah malah petaka, karena jawaban anak bisa jadi tidak sesuai antara soal dan lembar jawaban UN,” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud, Khairil Anwar Notodiputro, dikutip dari Kompas.com, Senin (8/4/2013).
Ia juga mengingatkan jika ada lembar jawaban yang rusak dan minta penggantian maka naskah soalnya juga harus diganti begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, potensi rumor kecurangan pada UN melalui cara memasukkan kode soal secara acak tidak lagi dapat dilakukan.
Lebih lanjut dijelaskan Khairil, pada lembar jawaban UN juga tertera barcode yang mengindikasikan kode naskah soal UN. Nantinya barcode ini akan dipindai oleh alat tertentu saat jawaban UN dikoreksi.
“Jadi tidak perlu lagi siswa memasukkan kode naskah soal karena sudah ada barcode itu,” ujar Khairil.
“Jika mau curang dengan menukar lembar jawaban maka saat dikoreksi jawabannya tidak akan sesuai dengan soal karena ada barcode itu,” tandasnya. (aaf)