Troso, MAMHTROSO.com – Pementasan event perpisahan siswa kelas XII MA Matholi’ul Huda Troso yang bertajuk Panggung Gembira 2013, Ahad (16/6/2013) kemarin, berlangsung spektakuler.
Kelincahan ratusan siswa tingkat akhir menampilkan beragam jenis atraksi seni, dipadukan dengan tata panggung dan kostum nan artistik itu mampu mengundang decak kagum ribuan penonton yang memadati halaman madrasah. Bahkan, banyak di antara mereka yang tidak canggung menyebut pentas tahun ini adalah yang termegah dari perhelatan tahun-tahun sebelumnya.
Event yang berlangsung selama hampir 5 jam itu melibatkan seluruh siswa kelas XII yang berjumlah 152 orang. Mereka menampilkan sebanyak 18 jenis pagelaran seni. Jumlah ini lebih banyak dari angkatan tahun lalu yang hanya menampilkan sebanyak 12 jenis pementasan saja.
Grup musik Emha Band kebagian jatah manggung pada starting performance. Lagu pembuka ‘Segala Bayangmu’ milik Orneto berhasil dinyanyikan dengan energik oleh pasangan duet Bagus Budiawan dan Khalimatus Sa’diyah. Tidak berselang lama, giliran vokalis nyentrik Ahmad Murtando menyanyikan lagu ‘Ada Bayangmu’ milik 9 Band. Bagus kembali tampil dengan lagu ‘Sarjana Muda’ yang dipopulerkan Iwan Fals. Di penghujung penampilan musik sesi pertama, Bagus menghentak lewat lagu ‘Don’t Worry’ yang kental dengan irama reggae.
Panggung Gembira 2013 secara resmi dibuka oleh Kepala MA MH Troso Nur Kholis Syam’un. Dalam sambutannya, kepala madrasah (Kamad) menjelaskan bahwa salah satu tujuan digelarnya perhelatan tahunan itu adalah dalam rangka mendidik siswa untuk siap memimpin, bertanggung jawab, rasa setia kawan, dan ajang menggali potensi.
Lebih lanjut, Kepala madrasah mengharapkan acara yang telah dipersiapkan selama hampir satu setengah bulan itu dapat menjadi ajang unjuk gigi kepada khalayak. “Siswa di sini adalah santri yang modern. Selain pandai bersalawat, pandai pula dalam memetik gitar, menyanyi, atau menari, tapi tentunya tidak kebablasan,” ungkapnya.
Ada yang menarik dari seremoni pembukaan event ini. Sebelum Kepala madrasaa naik ke podium, sejumlah siswi menyambutnya dengan tarian persembahan. Tim tari yang digawangi Nikita Handayani dan kawan-kawan ini menyajikan tari khas Bengkulu itu dengan elegan.
Sementara itu, Ketua Panitia Panggung Gembira 2013 Tri Bowo Krismawanto yang didaulat mewakili siswa kelas kelas XII mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya acara tersebut. Menurut Bowo, acara akbar itu merupakan ajang yang diharapkan dapat menjadi ‘peninggalan’ siswa angkatan tahun ini sebelum meninggalkan almamaternya.
Berbeda dari tahun lalu, konsep acara Panggung Gembira 2013 terkesan lebih padat dan nyaris tanpa jeda. Hal itu pula yang menyebabnya Lia Listiana dan Elvi Fitriyaningsih yang didapuk menjadi pemandu acara jarang muncul di atas panggung dan hanya tampil sesekali. Selebihnya, acara diisi dengan penampilan pentas seni secara maraton.
Setelah seremoni pembukaan, acara dilanjutkan dengan penampilan grup paduan suara. Sedikitnya puluhan siswi memenuhi panggung dan bernyanyi dengan cukup kompak. Mereka menyanyikan lagu ‘Hymne Guru’ dan ‘Ya Nabi Salam Alaika’ milik Maher Zain secara berurutan.
Setelah kelompok paduan suara turun panggung, Emha Band kembali unjuk gigi. Namun, grup yang digawangi Noor Hidayat dkk itu tidak lagi mengiringi lagu yang serius, melainkan lagu parodi. Trio penyanyi Bagus Budiawan, Miftahul Umam, dan Ahmad Taufiq cukup sukses mengocok perut penonton lewat lagu-lagu candaan mereka.
Tidak lama berselang, grup rebana memberikan warna tersendiri pada acara Panggung Gembira 2013. Untuk kali pertama, kelompok yang digawangi Jamaluddin Taufiq itu bermain kolaboratif dengan keyboardist Noor Hidayat.
Selama penampilan, Jamal dkk menyanyikan sejumlah lagu bernuansa islami dengan aransemen musik kreasi mereka sendiri.
Pada penampilan selanjutnya, tim dance putri menunjukkan kebolehannya menari modern dance. Dengan balutan kostum yang maskulin, Fitri Amalia dkk mampu menghibur penonton dengan cukup energik.
Penampilan Miftahul Anam dkk lewat seni pantomim mampu menghadirkan kelucuan tersendiri. Para pemain yang notabene mewarnai wajahnya dengan cat putih itu bermain total di atas panggung. Mereka mengangkat cerita tentang kasus penjambretan.
Seusai aksi pantomim, pentas dilanjutkan dengan penampilan Ikhsanul Khafidzin dan Ahmad Taufiq lewat Stand Up Comedy. Khafidzin dan Taufiq mencoba mengerahkan kemampuan berkomedi dengan gaya monolog itu.
Khafidzin dan Taufiq merupakan para juara jebolan kompetisi serupa yang digelar di MA MH Troso, beberapa waktu lalu. Khafidzin berhasil meraih peringkat pertama, sementara Taufiq menjadi runner up.
Tidak kalah heboh, Miftahul Umam, Arif Bahtiar, dan Samsul Huda tampil ‘gila-gilaan’ saat pentas drama kabaret berlangsung. Bersama belasan pemain pendukung lainnya, ketiga aktor utama itu mengangkat cerita satire tentang praktik perdukunan yang masih mengakar di masyarakat. Mereka berhasil memadukan seni peran, tarian, dan musik dengan indah. Tidak lupa, mereka berhasil memarodikan kasus Eyang Subur yang sedang hangat diberitakan di layar kaca. Tak ayal banyak penonton dibuat terpingkal oleh pentas berdurasi sekitar 30 menit itu.
Sesaat setelah drama kabaret usai, Emha Band kembali tampil untuk ketiga kalinya. Lutvi Novia Santi tampil cukup memukau saat meng-cover lagu ‘Wish You Were Here’ milik Avril Lavigne. Gitaris sekaligus vokalis putri Nailin Ni’mah berduet dengan Bagus Budiawan membawakan tembang ‘Rhyme in Peace’ milik Bondan Prakoso & Fade 2 Black juga tidak kalah bagusnya. Ahmad Murtando tampil menyanyikan lagu ‘Aku yang Dulu’ yang dipopulerkan meme Youtube, Tegar.
Kesenian Jaranan asal Ponorogo berhasil ditampilkan dengan elegan pada pementasan berikutnya. Aksi ini diawali penampilan sejumlah penari putri mengendarai kuda kepang. Setelah pertunjukan tari jaranan usai, giliran Ahmad Muhibbin, Ikhsanul Khafidzin, dan Ahmad Syahrul A’mal yang berperan sebagai ganongan tampil dengan cukup lincah. Untuk menambah semarak, salah satu pemeran ganongan mengajak relawan Lorenzo Cardi turut naik ke panggung dan menari bersama.
Masih seputar kesenian tradisional. Seusai penampilan tari jaranan, acara dilanjutkan dengan pentas wayang. Ahmad Aruni dan sejumlah pemain lainnya membawakan cerita tentang tokoh Gareng yang rela melakukan apa saja karena terhimpit masalah ekonomi. Untungnya, datang tokoh kyai yang menyelamatkan hidup Gareng dari keterpurukan.
Kritik sosial disampaikan dengan apik oleh Jamaluddin Taufiq dan Rikha Rif’atil Hilmah lewat teaterikal puisi. Keduanya membacakan ‘Sajak Palsu’ karya Agus R. Sarjono. Para pemeran tidak kalah hebatnya dalam melakukan aksi teaterikal. Bahkan, Elvi Fitriyaningsih yang kebagian peran sebagai guru tampak berakting dengan penuh penghayatan.
Bagus Budiawan yang sebelumnya tampil selengean pada pentas musik, membuktikan kepiawaiannya dalam mendeklamasi puisi. Lewat puisi berjudul ‘Demokrasi Dunia Ketiga’ dari Agus R. Sarjono, Bagus mengkritik sikap pemerintah otoriter berbungkus demokrasi.
Aksi menegangkan diperagakan oleh kelompok Persaudaraan Pencak Silat Kembang Setaman pada pementasan berikutnya. Anis Megawati dan lima pendekar putri lainnya mengawali demonstrasi bela diri asli nusantara itu dengan jurus beregu. Setelah itu, Kamal Junaidi dan Latif Asrofi peradu fisik dan teknik lewat jurus ganda. Muhammad Faathirussalam tampil tunggal memperegakan jurus rajawali. Selanjutnya, Noor Hidayat tampil sebagai pendekar pilih tanding mendemonstrasikan bagaimana cara mengatasi serangan dari lawan dari berbagai lini. Tidak ketinggalan, ia juga memperagakan cara melumpuhkan lawan bersenjata senjata tajam. Dan pada peragaan terakhir, sejumlah pesilat putra unjuk gigi dalam memecah botol dengan menggunakan hentakan telapak tangan.
Setelah aksi menegangkan, penonton kembali dihibur dengan sajian modern dance. Kali ini, kelompok dance putra yang digawangi Syaiful Mahdar dkk itu menampilkan tarian-tarian yang lebih bertenaga dari penampilan kelompok putri.
Pada penampilan selanjutnya, sajian gerak dan lagu berhasil mencuri perhatian penonton. Ahmad Murtando dan Lutvi Novia Santi tampil membawakan sejumlah lagu campursari, dengan diiringi puluhan para penari latar.
Pentas drama komedi tampil menjelang akhir acara. Kelompok ini membawakan lakon ‘Sindelela’, plesetan dari cerita ‘Cinderella’. Aktor utama Arif Rohman yang mendapatkan peran sebagai Sindelela, itu menjadi bulan-bulanan anggota keluarga tirinya. Namun takdir mempertemukan Lela – saapan Sindelela – dengan pangeran yang akhirnya mempersuntingnya.
Selama pentas berlangsung, Arif tampil cukup menggelitik. Maklum saja, selain didandani layakya perempuan, ia juga menghayati perannya sebagai perempuan centil dan ceria.
Penampilan musik parodi berlanjut seusai pentas drama komedi. Masih mengangkat tema-tema yang absurd alias konyol. Trio komedian Mifathul Umam, Bagus Budiawan, dan Ahmad Taufiq menyajikan sejumlah lagu era 90-an, semisal ‘Preman’ milik Ikang Fauzi dan ‘Kisah Kasih di Sekolah’ milik Chrisye.
Penampilan tarian masif bertajuk flashmob mewarnai pementasan seusai musik parodi. Di bagian awal, terlihat salah seorang dari kelompok ini menari di tengah hiruk-pikuk jalan raya. Tidak berselang lama, gerakan-gerakan itu ditirukan oleh hampir seluruh para penari lainnya, dan diikuti oleh seluruh pemain yang mendukung pentas Panggung Gembira.
Pentas diakhiri dengan penampilan Emha Band dengan membawakan lagu ‘Kisah Klasik untuk Masa Depan’ milik Sheila on 7.
Penonton Terpuaskan
Acara Panggung Gembira 2013 berakhir sekitar pukul 13.00 WIB. Selepas acara tersebut, banyak penonton yang mengaku terpuaskan dengan penampilan siswa tingkat akhir itu.
“Pentas tahun ini saya katakan Excellent (sempurna, red.),” ujar Kamad kepada MAMHTROSO.com seusai acara. Menurut Kepala madrasah, keberhasilan siswa kelas XII dalam mementaskan berbagai jenis atraksi seni itu dilihat dari parameter usia. “Parameternya adalah usia. Dengan melihat anak seusia itu (SMA, red.) sudah dapat tampil sedemikian rupa,” paparnya.
Lebih lanjut, Kepala madrasah juga mengapresiasi kerja keras siswa dalam mempersiapkan acara dengan matang. “Persiapan satu setengah bulan merupakan waktu yang cukup panjang dan melelahkan. Kami memberi apresiasi terbaik untuk anak-anak,” terangnya.
Meski demikian, lanjut Kepala madrasah, penampilan siswa tahun ini sejatinya dapat lebih sempurna jika ada pembinaan dan pengawasan yang intensif. “Jika ada Pembina yang profesional atau setidaknya paham dengan jenis pentas seni itu, alangkah lebih sempurnanya penampilan tahun ini,” paparnya.
Kepala madrasah mengharapkan, prestasi yang berhasil ditorehkan siswa periode ini dapat semakin meningkat pada pementasan-pementasan mendatang. “Kita harapkan tetap ada kemajuan dari tahun ke tahun,” pungkasnya.
Sementara itu, Sejumlah apresiasi positif juga diberikan para penonton lewat jejaring sosial.
“Tadi perpisahan kakak2 kelas 12 serruu… #Apakah bisa ter ulang kembali,” tulis Mawar Milik Q di grup facebook MA Matholi’ul Huda Troso. “Kreatif, PD, amazing,” tulis Tenun Ikat Bunga Murni. “Jane pol sore gpp o. Heheh (pentasnya sampai sore pun tidak apa-apa, red.),” tulis Aulia Pesek. (Agus Ahmad Fadloli)