Troso, MAMHTROSO.com – Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di MA Matholi’ul Huda Troso yang berlangsung pada hari pertama, kemarin (15/04/2013) menyisakan pengalaman tersendiri bagi pesertanya. Banyak dari mereka yang mengaku tegang dengan kerumitan sistem UN yang baru dilakoninya itu.
Maklum saja, kerumitan dalam pelaksanaan UN tingkat SMA/SMK tahun ini, jauh berbeda pada tahun-tahun sebelumya. Selain jumlah paket soal yang digunakan lebih bervariasi, yakni sebanyak 20 jenis, pemakaian barcode untuk setiap paket soal sebagai pengganti pemakaian dua digit kode – seperti yang digunakan pada tahun-tahun sebelumnya – cukup membuat peserta was-was. Belum lagi naskah soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) yang tidak lagi terpisah, tetapi berubah menjadi saling terintegrasi.
“Ujian hari pertama benar-benar menegangkan,” ujar Ana Rofi’atun (18) saat ditemui MAMHTROSO.com, Selasa (16/04/2013) lalu. Siswi kelas XII IPA-2 itu tidak pernah menyangka bila UN hari pertama yang ikutinya bersama 151 peserta lainnya itu nyaris membuatnya drop. Ana – panggilan Ana Rofi’atun – sempat dibuat kelabakan menjelang ujian berakhir.
Ana mengisahkan, sebelum panitia membunyikan bel pada pukul 09.25 WIB, atau 5 menit sebelum ujian berakhir, dirinya beranggapan kalau waktu yang dimilikinya masih cukup longgar untuk menyalin 20 butir jawaban ke LJUN. “Saya kira sih ujiannya sampai jam 10.00 WIB,” jelas Ana.
Ana mengaku, ia sangat berhati-hati dalam menghitamkan LJUN. “Kertas yang dipakai teksturnya agak kasar dan tipis, takutnya pas ngisi sampai berlubang. Makanya waktu tersisa sekitar 30 menit itu inginnya saya gunakan untuk menyalin jawaban ke LJUN,” paparnya. “Bolong sedikit saja, LJUN katanya tidak dapat dibaca scanner,” tambah Ana.
Tidak sampai 30 menit seperti yang ia perkirakan, panitia sudah terlebih dulu membunyikan bel pertanda waktu mengerjakan sebentar lagi bakal usai. Alangkah kagetnya saat Ana menyadari bahwa waktu yang ia miliki hanya tersisa 5 menit. “Pada waktu itu saya benar-benar shock berat, sampai keluar keringat dingin,” kenang Ana. Raut ketakutan campur gelisah tergambar jelas dari wajah dan gelagat siswi yang mengikuti UN program IPA di ruang 3 itu. Sampai-sampai, salah seorang pengawas ruang sempat menghampiri dan menanyai Ana perihal sikapnya yang terlihat tidak tenang itu. “Saat ditanya oleh pengawas, saya tidak bisa berkata apa-apa, soalnya pikiran saya pada waktu itu benar-benar kacau,” papar Ana.
Namun untungnya, Ana akhirnya mampu mengatasi ketakutan yang dialaminya. Ia berhasil menyalin seluruh jawaban ke LJUN tepat waktu. “Termotivasi ingin lulus, saya berusaha sekuat tenaga, walau sebenarnya ingin menangis,” ujarnyanya sambil terkekeh.
Saat ditanya mengapa nyaris drop? Ana menjawab, “Ini pertama kali saya mengikuti Ujian Nasional yang begitu rumit. Waktu masih MTs dulu tidak serumit ini, tahun-tahun kemarin untuk tingkat MA juga tidak serumit tahun ini. Bagaimana tidak, jumlah variasi soal yang diberikan semakin banyak, terus tingkat kesulitan yang katanya juga bertambah. Sudah begitu, kita masih ditakut-takuti jika kita LJUN sampai bolong atau rusak sedikit saja, katanya kita tidak akan lulus.”
Pengalaman menegangkan juga dialami Muslimatul Khasanah (18). Meski tidak seekstrem seperti yang dialami rekan seperjuangannya, Mus – panggilan Muslimatul Khasanah – harus menggunakan paket soal cadangan lantaran LJUN yang pertama ia gunakan mengalami sedikit cacat saat proses perobekan. “Karena saking groginya, saya sempat salah saat merobek LJUN. Jadinya saya harus minta paket soal baru ke pengawas, sebab kalau LJUN saja yang rusak, kita tetap harus minta satu paket soal yang baru,” Kata Mus.
Menurutnya, hajatan pendidikan nasional tahun ini benar-benar membuat penasaran banyak pihak. “Jangankan pesertanya, yang mengawasi saja mengatakan kalau mereka tidak tahu sama sekali seperti apa bentuk soal dan LJUN model baru yang dipakai,” jelas Mus. “Kita baru tahu bentuknya seperti apa, ya setelah pengawas membuka amplop soal,” tambahnya. (aaf)